Tanpa ada tendensi yang memihak, Juru Bicara Alumni Pesantren Tebuireng Lubuklinggau, Agus Bunyamin, mengusulkan adanya pemekaran PWNU Sumatera Selatan Barat. Usul tersebut mempertimbangkan beberapa hal diantaranya:
Pertama, koordinasi yang terlalu luas. Cakupan wilayah PWNU Sumatera Selatan sudah sangat luas, tidak berimbang dengan efektivitas dan realitas yang sedang berjalan, yaitu pemekeran beberapa daerah menjadi kota dan kabupaten baru sehingga agenda agenda padat dan urgen harus segera ditangani, terutama menyangkut warga Nahdliyin yang ada di wilayah Barat Sumatera Selatan seperti Lubuklinggau, Musirawas, Musirawas Utara, Lahat, Empat Lawang, Pali, dan Pagaralam. Kesemuanya memerlukan sentuhan nyata yang efektif.
Kedua, pertumbuhan pondok pesantren yang pesat di wilayah Barat Sumatera Selatan. Bagaimana pun, NU adalah pesantren, pesantren adalah NU. Penanganan sosial, kesehatan, ekonomi, serta sumberdaya manusia merupakan bidang garapan yang memerlukan keseriusan. Dengan SDM yang kuat, jam’iyah juga akan kuat. Dan, pesantren bisa menjadi wadah produktivitas peningkatan mutu SDM.
Ketiga, alumni Pesantren Tebuireng akan memberi masukan dan pernyataan tertulis atas terbentuknya PWNU Sumatera Selatan Barat dalam agenda Konfercab NU Lubuklinggau mendatang. Setidaknya, bisa menjadi agenda penting pada rapat rekomendasi Konfercab NU Lubuklinggau dan dapat ditindaklunjuti pada nota kesepakatan antara PCNU yang berada di wilayah Barat Sumatera Selatan. Kemudian, bisa diajukan kepada PBNU untuk disahkan.
Untuk masalah dua kepengurusan dalam satu daerah sebetulnya sudah ada beberapa daerah yang menjadi contoh kasus seperti dua kepengurusan tingkat cabang dalam satu kebupaten, PCNU Babat dan PCNU Lamongan. Keduanya berada di satu kabupaten yang sama, Kabupaten Lamongan. Jadi, beberapa PCNU di wilayah Barat Sumatera Selatan dapat mengambil langkah untuk mewujudkan terbentuknya PWNU Sumatera Selatan Barat sebagai agenda strategis. Sangat disayangkan jika koordinasi kepengurusan yang demikian panjang saat ini menjadi penghambat bagi efektivitas agenda agenda strategis NU di wilayah Barat Sumatera Selatan. Wilayah Barat Sumatera Selatan juga memiliki peranan sejarah yang kuat bagi soliditas NU. Jadi, bukan alasan baru yang tak kalah penting dari NU di wilayah Timur Sumatera Selatan. Jadi logis, jika dilihat dari aspek populasi masyarakatnya, maka warga Nahdliyin di wilayah Barat tersebut telah menjadi penentu terhadap dinamisasi pergerakan sosial.