Dalam menghadapi resesi global akibat perang yang hampir tak berkesudahan, beberapa kesiapan diantaranya ketahanan pangan adalah pilihan program yang menjadi prioritas lima kandidat alumni Pesantren Tebuireng untuk memimpin NU Lubuklinggau. Program tersebut tentu akan bersinergi dengan pemerintah daerah, terutama Pemerintah Kota Lubuklinggau. Oleh karena itu, alumni Pesantren Tebuireng telah menyiapkan lima kader terbaik untuk menjalankan roda tanfidziyah sebagai langkah taktis dan strategis pada aspek pelaksanaan atau eksekutif. Dan, pihak eksekutif dari struktur kepengurusan NU berada pada level kepengurusan tanfidziyah.
Pesantren Tebuireng sejauh ini telah memiliki jaringan organisasi nasional dan internasional. Alumni alumni terbaik telah berkiprah di berbagai sektor, baik negeri maupun swasta. Hal ini menjadi potensi besar bagi alumni alumni yang ada di Kota Lubuklinggau untuk mengusung program program strategis bagi pengembangan Kota Lubuklinggau, terutama di bidang sumberdaya manusia warga NU dan warga Kota Lubuklinggau.
Relasi pusat menjadi penting untuk menurunkan program program strategis tersebut. Dan, alumni alumni Pesantren Tebuireng yang berada di pusat akan sangat mendukung bila ada kadernya yang berkiprah untuk mengabdikan diri di NU, organisasi Islam terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, kelima alumni Pesantren Tebuireng yang berdomisili di Kota Lubuklinggau tidak memerlukan siapa pemenang dari perhelatan Konfercab PCNU Lubuklinggau ke-6, yang diperlukan adalah kesiapan di dalam menjalankan program program strategis.
Adapun diantara program program strategis tersebut adalah:
Pertama, meningkatkan mutu pendidikan pesantren. Sebagaimana diketahui, pesantren adalah NU kecil dan NU adalah pesantren besar. Lubuklinggau setidaknya telah memiliki 30 buah pesantren sehingga diperlukan peningkatan di bidang sumberdaya manusia agar mampu meningkatkan taraf pendidikan yang terbaik dan bermutu.
Kedua, memaksimalkan potensi budaya. Lubuklinggau yang mengalami kemajuan pesat di bidang fisik memerlukan budaya yang lebih baik agar dapat menjamin keberlangsungan tradisi, adat, dan perekonomian yang sesuai dengan ajaran Islam atau lebih spesifik pada tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah.
Ketiga, menggiatkan leadership pada sektor ujung tombak, yaitu masyarakat dan komunitas. Kaderisasi pada sektor ranting dan komunitas akan diberikan ruang apresiasi dan ekspresi yang lebih kompetitif. Sehingga setiap kader NU di Lubuklinggau akan mampu menjadi penggerak bagi masyarakat di lingkungannya.
Keempat, meningkatkan ketahanan pangan. Mengantisipasi kelangkaan pangan, kader penggerak NU di setiap tingkatan akan memaksimalkan potensi potensi alam sehingga produktif.
Kelima, membangun institusi. Setiap kader NU di Lubuklinggau akan membentuk institusi yang akan menjalankan program program strategis, baik dari pusat maupun daerah. Setiap MWCNU sudah selayaknya memiliki kantor sendiri untuk menjadi barometer kemajuan kader kader NU yang berada di lapisan grass roots.
Dengan demikian, untuk mengusung lima program tersebut, maka lima alumni Pesantren Tebuireng yang siap memimpin NU Kota Lubuklinggau memerlukan kekompakan, bukan memilih siapa pemenang. Siap di dalam menjalankan roda organisasi sehingga mampu meningkatkan kemaslahatan dan kemanfaatan umat.