Dari sumber mataair gunung Ciremai, air mineral dalam kemasan BBC (Bunga Bangsa Cirebon) kini menjadi minuman favorit banyak kalangan di wilayah Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Brebes, dan sekitarnya. Bahkan, baru-baru ini, mulai merambah wilayah prospektif Kerawang dan Subang
Bermula dari memohon keberkahan, Maulana Yusuf yang akrab dipanggil “Encup” itu, ditanya Buya Said, “Doa untuk apa banyu’e?”
Dengan kikuk, atas pertanyaan tiba-tiba Buya Said, Encup pun menjawab, simpel, “Buat gampang jodoh, Buya.” Wajahnya tampak menyungging senyum, bersemu malu.
“Ya, wis, tak doakan gampang jodoh dan murah rizkinya,” timpal Buya Said seraya meraih sebotol BBC dari tangan Encup.
Prosesi pengambilan foto itu terjadi berulang kali, karena salah posisi. Akhirnya, didapat satu view yang bagus, jepret!
Wajah Buya Said tampak sumringah, terutama setelah menunaikan ibadah umroh di bulan Ramadhan yang lalu. Meskipun antrian undangan sudah menumpuk-numpuk. Kini, Buya Said lebih banyak berkhidmat dan coba menyusun jadwal “PR” yang belum selesai. Selama ini, ada beberapa janji dan permintaan yang sudah kadung diiyakan, namun karena kesibukan sebagai Ketua Umum PBNU yang harus mengejar skala prioritas, terpaksalah hal itu jadi tertunda.
Setidaknya, pada posisi seperti sekarang ini, Buya Said lebih bisa mengingat-ingat dan membuka-buka catatan lama untuk direalisasikan, salah satunya di bidang ekonomi usaha kecil dan menengah. Visinya untuk welfare state (negara makmur) yang berbasis geopolitik Islam Nusantara sangat luas bidang cakupannya, karena menyangkut bidang-bidang sosial, budaya, etika dan akhlak, karakter, hingga menjadi suku-bangsa Indonesian yang bermartabat. Hal itu, di samping melibatkan komunitas-komunitas, juga pondok-pondok pesantren. Baginya, Indonesia jangan dilepaskan dari tradisi pesantren. Sebab, dari pesantren itulah tatanan sosial, budaya, ekonomi, politik, etika dan akhlak, serta peradaban secara umum dapat berkembang. Tanpa pesantren, lembaga pendidikan hanya akan melahirkan generasi-generasi liberal dan bahkan sekular. Perkara yang harus dihindari oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Nilai-nilai Pancasila itu tidak boleh diabaikan. Itu ijtihad ulama yang diterima oleh semua agama dan kepercayaan di Indonesia sehingga menjadi fondasi kuat dalam berbangsa dan bernegara. Jika Indonesia terjun bebas ke arah liberalisme, maka tidak ada lagi unggah ungguh, sopan santun, tepo saliro yang secara filosofis sudah terumuskan ke dalam Pancasila. Yang repot bagi suku-bangsa Indonesia itu adalah kalau Pancasila itu belum ditranslit ke dalam bahasa Arab, maka belum dikatakan syariah. Padahal, tidak sedikit suku-bangsa Arab yang kemudian menjadi atheis, meskipun ucapan dan tulisan mereka menggunakan bahasa Arab. Persoalan bahasa, itu persoalan manusia. Kalaupun diijabah doanya oleh Allah Taala atau tidak, itu urusan Allah Taala. Apakah salah jika berdoa dalam hati dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang lebih sensitif dan mengena di dalam hati untuk membangun komunikasi kepada Allah Taala?
Pada kesempatan itu, Encup memohon restu dan doa kepada Buya Said agar usaha-usaha kian berkah dan bermanfaat. Dapat turut andil mengajak saudara-saudara lain, sebangsa dan setanah air, mandiri di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan tentunya etika dan akhlak. Sebab, dari etika dan akhlak itulah masyarakat suku-bangsa Indonesia dapat mengenal diri mereka.
Produk air mineral dalam kemasan BBC yang memiliki tagline “Water Adem Banyu’e” itu sudah melakukan serangkaian kerjasama-kerjasama antarkomutas dan organisasi.
Cirebon, 23 Mei 2022.