Dalam situasi seperti baik baik saja, kita sering dibuai dengan nilai nilai pertumbuhan ekonomi sekian persen. Namun, pada sisi yang lain, dihadapkan pada kenyataan ketimpangan sosial yang tak juga kunjung usai. Modernisasi sering tampil dengan wajah lain bersama esensi yang sama. Watak dan akhlak yang tidak berbeda. Bisa saja, pertumbuhan ekonomi yang optimis tersebut jatuh dalam sekejap karena daya tahan yang tidak memadai. Oleh karena itu, sebelum terlanjur, dalam krisis sangat dibutuhkan kebersamaan dan kesadaran sosial dalam membangun ketahanan bersama.
Lalu, dari manakah kesadaran sosial tersebut dapat diukur? Tidak jauh jauh. Jumlah penduduk Bumi saat ini sudah meningkat tajam hingga 8 miliar kepala. Sementara lahan tidak pernah bertambah. Lalu, ke manakah penduduk Bumi tersebut akan menyandarkan diri?
1500 tahun lalu, Rasulullah Saw melakukan perubahan besar manakala dua imperium besar, Persia dan Romawi. Ketika dekadensi moral serupa perbudakan dan inflasi terjadi tanpa terduga. Tidak banyak konsep yang ditawarkan selain melakukan konsolidasi sosial. Kerukunan diutamakan. Pembangunan ekonomi sosial melalui zakat, infak, dan shadaqah digalakkan. Tidak memakai konsep ekonomi yang canggih, selain aktivitas aktivitas sosial yang mengutamakan keadilan. Maka, dapat dipetik pelajaran: dalam krisis sangat dibutuhkan kebersamaan dan kesadaran sosial. Apa yang diharapkan kemudian bukan saja budi pekerti namun peradaban yang lebih besar dengan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.
Mungkin, pada konsep lain di dalam Al Quran, Nabi Yusuf As membangun sistem ekonomi berlapis tujuh sehingga Nabi Yusuf As pun mampu mengeluarkan penduduk Mesir dari krisis berkepanjangan. Sejalan dengan industri saat ini memang krisis tidak dirasakan secara langsung namun bukan berarti kemakmuran yang ditawarkan oleh industri saat ini tidak ubahnya hanya pengulangan sejarah sebagaimana Romawi dan Persia. Umat Islam terpesona akan kemajuan kemajuan industri yang dapat memberi kemudahan kemudahan akses ekonomi, politik, dan teknologi. Tapi, keadilan terkadang masih jauh dari harapan ketika ancaman menghadang secara halus dan tidak kentara. Nilai nilai kebersamaan tergerus oleh keinginan maju sendiri sendiri, tanpa kebersamaan. Padahal, dalam krisis sangat dibutuhkan kebersamaan dan kesadaran sosial untuk meningkatkan solidaritas yang dicita-citakan. Dengan demikian, mutu dan kualitas pengelolaan zakat menjadi sangat penting dalam menciptakan keadilan sosial dan ekonomi di setiap zaman sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.