Jika kita menyebut nama H. Prabowo Subianto maka yang tersirat di benak kita saat ini adalah sosok putera terbaik bangsa yang menjadi Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Nasional Republik Indonesia. Sosok pemimpin yang digadang-gadang akan menjadi Presiden RI, menggantikan Bapak H Joko Widodo, berdasarkan elektabilitas beliau yang terus naik, serta menempati peringkat tertinggi hasil survei nasional. Sosok yang diidam-idamkan oleh rakyat dan bangsa Indonesia tercinta ini.
Sebagai salah satu putera terbaik bangsa yang dibesarkan di lingkungan TNI dengan jabatan terakhir sebagai Danjen Kopasus. Salah satu pasukan terbaik yang sangat disegani oleh dunia internasional. Tentunya, wajar jika banyak masyarakat beranggapan bahwa beliau selain berwibawa pastinya memiliki karakter pejuang yang identik dengan sifat-sifat tegas, disiplin, dan keras. Sebab, di dunia militer, semua prajurit harus memiliki karakter ini karna mereka akan diterjunkan ke medan perang yang sangat berat menghadapi musuh dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara dan bangsa.
Namun, ternyata banyak sekali yang belum tahu bahwa sesungguhnya sosok Sang Jenderal ini memiliki “samudera hati yang penuh kelembutan dan welas asih”, tidak hanya kepada sesamanya bahkan juga kepada alam dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Bahkan, jika ditinjau dari segi dimensi agama, beliau sudah memasuki tahapan sufisme, hati yang penuh kesadaran bahwa semua ini hanya titipan Sang Pencipta semata. Hal ini bisa kita lihat dan nilai dari cerminan sikap dan cara beliau merespon apapun dalam kesehariannya secara spontan yang tentunya murni dan tidak dibuat-buat, tapi lahir dari samudera hati yang paling dalam.
Syahdan, suatu hari, saat Pak Prabowo sedang asyik bercengkrama dengan salah satu staf kepercayaan beliau, tiba-tiba melintas seekor semut di atas meja di depan staf tersebut. Tanpa sengaja melihat ada seekor semut yang mungkin dianggap akan mengganggu makanan atau minuman di atas meja, maka sang staf dengan sigap menepis semut sehingga membuat semut terjatuh ke lantai. Melihat kejadian itu, Pak Prabowo seketika berdiri dan marah kepada staf beliau sambil berkata dengan nada agak keras “Emang apa salah semut kepada kamu kok sampai kamu memperlakukan semut seperti itu?!” Dengan wajah tertunduk, staf tersebut akhirnya memohon maaf kepada beliau atas ketidaksengajaan atas perbuatannya.
Tidak hanya itu, Bapak (begitu panggilan akrab keseharian Bapak H. Prabowo Subianto) seringkali jika melihat laba-laba bersarang di rumahnya; apakah itu di kamar atau di ruang tamu maupun di teras, beliau selalu berpesan kepada semua pegawai yang mengurus kediaman beliau agar tidak membersihkan sarang laba-laba tersebut. “Jangan diganggu dan diusik laba-laba yang membuat sarang itu ya mas? Biarkan mereka hidup dan membuat sarang di sana. Mereka juga makhluk Allah yang punya hak sama seperti kita,” begitu nasehat Bapak kepada pegawai-pegawai rumah beliau.
Dulu, saat berdinas di kesatuan, beliau juga pernah spontan marah besar kepada sopirnya karena saat itu sang sopir memberikan uang kepada pak Ogah di pertigaan jalan dengan setengah hati sehingga uang itu jatuh di jalan. Melihat itu Pak Prabowo langsung marah besar dan menasehati sang sopir, “Kalau kamu mau memberi, maka berilah dengan cara yang baik, tapi kalau kamu gak bisa ya sudah gak usah ngasih. Akhirnya, sang sopir meminta maaf atas kekhilafannya.
Dalam kepedulian sosial Bapak adalah sosok yang tidak hanya memanusiakan manusia, tapi juga memiliki empati yang luar biasa terhadap sesama atau “ora isoan” dalam istilah Jawa. Beliau juga hatinya “nyah nyoh” atau dalam istilah agama “Shohibush Shodaqoh”. Pribadi yang senang dan gemar memberi, membantu, atau pribadi yang gemar bersedekah (“loman” dalam istilah Jawa). Ribuan anak-anak fakir miskin dan tidak mampu yang sudah beliau bantu baik dalam hal pendidikan maupun kebutuhan sehari. Banyak sekali keluarga dan warga yang selalu mendapat uluran tangan Beliau tanpa meminta imbalan apapun.
K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur cucu pendiri Nahdlatul Ulama ini jauh-jauh hari sudah mengatakan kepada bangsa ini bahwa “Pemimpin yang paling ikhlas di negeri tercinta ini cuma satu yaitu Bapak H. Prabowo Subianto,” tegas Gus Dur.
Sebagai bangsa yang besar, sepatutnyalah kita bersyukur masih dianugerahi pemimpin seperti Bapak H. Prabowo Subianto. Sosok yang rendah hati, berhati besar dan mulia, sosok yang berani sekaligus tangguh, serta memiliki dedikasi yang tinggi dalam pengabdian kepada rakyat dan bangsa Indonesia ini secara kaffah. Pemimpin yang tidak gila hormat dan pujian, tetapi selalu berfikir dan bertindak untuk kemajuan bangsa dan negara, bukan semata-mata untuk pribadinya.
Beliau bukan ulama atau Kiai tetapi akhlak dan pribadinya adalah cerminan indah dari ajaran suci Baginda Nabi Muhammad Saw. Pada saat anak-anak kecil berlarian dari masjid selepas sholat Jum’at di Masjid Nurul Wathon Hambalang untuk berebut makanan itulah yang membuat Pak Prabowo Subianto tersenyum lebar bahagia. ” Kebahagian yang Allah berikan saat saya memberi, saat saya membantu dan saat saya menolong itulah kebahagian sejati yang tidak bisa ditukar dengan apapun,” tutur Pak Prabowo Subianto.
Di kediaman beliau yang megah, luas, asri, dan indah di puncak bukit hambalang, beliau mengatakan, “Yang saya makan cuma satu piring, saya pun tidur hanya di satu ranjang saja, rumah sebesar ini bukan untuk berbangga-bangga tapi saya ingin menunjukkan kepada tamu-tamu dari luar negeri jika mereka ke sini bahwa kita adalah bangsa yang besar; kita adalah bangsa yang hebat dan berdaulat; kita adalah bangsa yang mandiri dan beradab. Tidak boleh ada satu orang pun yang menghina dan meremehkan bangsa dan rakyat Indonesia tercinta ini,” tegas beliau dengan suara tegas dan lantang.