Melihat peta potensi pesantren yang kian diminati oleh masyarakat, maka diperlukan pula strategi yang harus mumpuni untuk mengikuti perkembangan zaman. Sedianya, Pesantren Sukunsari adalah salah satu lembaga pendidikan tertua di Cirebon dan cukup disegani di pulau Jawa. Sehingga diperlukan pula strategi dan metodologi yang memiliki kualifikasi di dalam pelaksanaan dan penyediaan pola pendidikan yang dapat mendorong cita cita mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945.
Langkah pertama persiapan Pesantren Sukunsari adalah menyiapkan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan program program pendidikan. Apalagi di era transformasi digital saat ini. Sarana dan prasarana tersebut berupa asrama santri, tempat ibadah, guru guru yang mumpuni di bidang masing masing, serta jaringan koneksitas.
Langkah kedua adalah melakukan penjaringan santri santri yang sudah memiliki kualifikasi dan kompetensi. Santri santri tersebut akan diseleksi secara ketat. Jika mereka memiliki kompetensi di bidang pemikiran Islam misalnya, mereka akan dibekali dengan kurikulum kesejarahan yang cukup, mulai dari masa klasik hingga sekarang. Sehingga otomatis mereka sudah memiliki bekal ilmu ilmu alat yang cukup seperti penguasaan bahasa asing sebelum masuk ke Pesantren Sukunsari. Jika mereka memiliki kompetensi di bidang teknologi, maka harus sudah memiliki kualifikasi pada pengembangan teknologi.
Langkah ketiga adalah menjalin jaringan koneksitas. Sementara ini, Pesantren Sukunsari sudah membangun komunikasi ke berbagai pihak, terutama di bidang pengembangan ekonomi dan bisnis diantaranya dengan pengusaha pengusaha nasional maupun internasional seperti pengusaha dari Korea dan Jepang. Dengan harapan, santri santri “advance” di Pesantren Sukunsari akan menjadi agen kemajuan di bidang pendidikan dan hubungan luar negeri. Sehingga dapat menjadi salah satu partner pemerintah dalam memajukan dan memakmurkan masyarakat bangsa Indonesia.
Dari semua langkah tersebut tentu sudah mempertimbangkan potensi potensi yang ada di wilayah Cirebon khususnya dan Indonesia secara umum. Bagaimana pun, masyarakat, terutama kalangan santri telah memiliki khazanah yang kaya akan materi sehingga perlu ada upaya upaya reproduksi, entah di bidang intelektual maupun kemampuan. Khazanah tersebut tidak saja berupa warisan yang diterima, melainkan kreasi dan inovasi yang berkelanjutan.