Seusai salat Isya, terdengar suara dering nada panggilan di handphone K.H. Uki Marzuki, pengasuh Pesantren Sukunsari, Kabupaten Cirebon. Pesantren Sukunsari adalah salah satu pesantren tertua di Cirebon yang masuk dalam daftar catatan harian kunjungan Christian Snouck Hurgronje (1857-1936), seorang orientalis Belanda yang menjadi Penasehat Bidang Pribumi pada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia.
Pesantren Sukunsari didirikan oleh Syekh Hasan. Ulama panutan yang memilki pengaruh besar di pulau Jawa. Diceritakan, sebelum berangkat menuju perang 10 November 1945 yang terkenal, K.H. Abbas Buntet terlebih dahulu matur mohon doa dari Syekh Hasan.
Panggilan telepon itu berasal dari Gubernur Nangroe Aceh Darussalam Periode 2000-2004, Dr. Ir. H. Abdullah Puteh, M.Si. Setelah mengadakan perjanjian bertemu, tak berselang lama, wajah penuh senyum itu tiba di kediaman dan disambut K.H. Uki Marzuki di jalan Pejagalan, Battembat, Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.
Kunjungan silaturahim itupun berlangsung meriah. Diisi dengan tawa canda dan cerita.
Pertemuan silaturahim tersebut bisa dibilang seperti tanpa sengaja karena mendadak. K.H. Uki Marzuki yang baru tiba dari perjalanan ke Grobogan, Jawa Tengah, merasa “surprise” menyambut kedatangan Pak Gubernur, demikian sapaan akrab Dr. Ir H. Abdullah Puteh, M.Si pada malam itu, Minggu, 12/5/2024. Sementara Pak Gubernur sendiri baru saja selesai menyelenggarakan acara pernikahan puterinya di Jakarta tiga hari berselang. “Saya sejak sebelum kuliah di Bandung sudah berziarah ke makam Sunan Gunungjati,” kenangnya, mengingat masa remajanya.
Pak Gubernur kemudian bercerita tentang masa masa pendidikan S1 di Fakultas Teknik Planologi Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat itu, ia sudah menjabat Kepala Dinas PU di Kabupaten Aceh Timur. Ia terpaksa bolak balik dari Aceh ke Bandung untuk menyelesaikan studinya. Jarak tempuh yang jauh bagi seorang pembelajar.
“Kenangan saya dengan Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid) sangat banyak. Gus Dur yang melantik saya menjadi gubernur,” tukasnya.
Pada kesempatan itu, Pak Gubernur memberikan bingkisan kopi. “Ini kopi Gayo yang kita bicarakan tadi,” katanya seraya melempar senyum. Sementara, K.H. Uki Marzuki memberi bingkisan kue gapit, kue tradisional khas Cirebon dari hasil produksi sendiri.
Pembicaraan hangat kemudian melebar kepada masalah pendidikan pesantren dan pengalaman Pak Gubernur selama menjalani profesinya sebagai birokrat, politisi, organisatoris, hingga kini sedang menjabat sebagai Wakil Ketua Komite II, DPD RI, Periode 2019-2024.
Pertemuan hangat namun berkesan itupun berakhir dengan lambaian tangan untuk mengantarkan kepergian Pak Gubernur bertolak kembali ke Jakarta.