Di malam itu, tepat pada tanggal 23 Mei 2024, ada seorang atheis dalam suatu forum membuka diskusi, ”Mengapa tuhan harus ada? Dan, siapa yang mengadakan tuhan?”
Kala itu banyak teman yang menjawabnya, ”Lantas, mengapa harus ada kehidupan?” ucap salah seorang teman yang lainnya, ia balik bertanya kepada atheis tersebut.
Si atheis pun menjawab, ”Apakah itu pemicunya adalah tuhan? Lalu, apa buktinya?”
Temanku pun kembali menjawab, ”Pada dasarnya, perjalanan kehidupan adalah dari tiada menjadi ada lalu akan kembali tiada (kematian). Kepada siapa ketiadaan itu kembali? Bukankah ketiadaan tersebut akan kembali ke penciptanya?”
Seperempat keatheisannya mulai hilang, tapi argumen tersebut belum cukup untuk membunuh seratus persen keatheisannya.
Setelah beberapa waktu giliran, saya lalu berpendapat dengan gaya khas preman layaknya orang orang Cirebon Barat. Saya berkata, ”Siapa yang wajib mengadakan tuhan itu, Bang? Bukankah yang mewajibkan ada itu orang orang yang mempercayainya? Jika Abang seorang atheis yang bijaksana, pertanyaan Abang itu salah alamat, bukankah seorang atheis tidak mempercayai tuhan? ”
Sang atheis itupun kaget dengan argumen saya. Dia hanya diam saja untuk beberapa saat. Suasana dalam forum diskusi hening sejenak.
Sayapun kembali melanjutkan argumentasi, ”Ya, inti dari pertanyaan Abangtersebut: siapa yang mengadakan tuhan? Ya jawabannya, ya mereka yang mempercayai tuhan, Bang. Jika Abang masih mempercayai tuhan, ya Abang harus mengadakan tuhan, itu konsekuensi logisnya. Tapi jika Abang seorang atheis yang bijaksana, Abang gak perlu repot-repot mempertanyakan hal tersebut.”
Dan, setelah diskusi itu, atheis itupun mengaku bahwa ia bukan atheis yang bijaksana.
——————
Sering muncul pertanyaan tentang Tuhan. Tentu, pertanyaanitu muncul dari pikiran. Pikiran yang membawa kepada imajinasi dan rekayasa logika. Di sini, Tuhan menjadi pertanyaan dan permainan logika. Dari logika tersebut kemudian disusun ke dalam sebuah rumusan yang tersistematis dan menjadi ilmu. Dan, setiap ilmu yang dimunculkan dari logika memerlukan pembuktian pembuktian lapangan atau empiris. Kebenaran empiris akan didapatkan dari pengalaman pengalaman pelakunya seperti Ibrahim ‘alaihis sholatu was salam yang bertanya kepada matahari dan bulan. (Redaksi).