Pandangan ilmiah tidak semata dalam lingkup literer dan pembuktian empiris. Cakupan ilmiah sangat luas. Di dalam keilmuan yang dipelopori oleh kaum muslimin, etika di dalam tasawuf termasuk di dalam kategori ilmiah. Hal ini berkaitan dengan substansi dan etis sebagai disiplin ilmu tersendiri. Jadi, masing masing ilmu memiliki perspektif sendiri sendiri dan kerangkaacuan sendiri sendiri pula. Tidak sebatas pada satu atau dua bidang ilmu saja bisa dikatakan ilmiah.
Polemik nasab yang telah memicu perdebatan panjang antara pihak yang menetapkan ketersambungan silsilah darah kepada Rasulullah Saw dan pihak yang mengingkarinya telah berlangsung cukup lama dan tidak menemukan titik temu. Sehingga muncul kesan kesan negatif di masyarakat yang dapat ditonton melalui kanal kanal media sosial secara vulgar. Dan, sangat disayangkan, etika atau akhlak tidak tercermin dari hasil hasil produksi polemik tersebut.
Jika masih berbicara tentang nasab, kita bisa teringat kasus perbedaan pendapat ulama tentang bismillah. Apakah bismillah itu termasuk ayat di dalam Al Quran atau hanya kalimat pembuka biasa saja? Kalau termasuk ayat Al Quran berarti setiap membaca surat Al Fatihah, bismillah harus disertakan. Kalau tidak termasuk ayat Al Quran, berarti ketika membaca surat Al Quran, bismillah bisa ditiadakan. Dengan demikian, jumlah ayat Al Quran secara keseluruhan bisa pula berubah jika dilihat dari kesertaan bismillah tersebut.
Ulama tasawuf tidak ingin ikut andil di dalam perdebatan, apakah bismillah tersebut termasuk ayat Al Quran ataukah bukan. Jika Anda berpendapat bismillah bukan ayat Al Quran, tetapi Allah menetapkannya sebagai ayat, lalu bagaimana? Begitu pula sebaliknya, jika Anda berpendapat bismillah adalah ayat Al Quran, tetapi ternyata bukan ayat Al Quran menurut Allah bagaimana? Ini jawaban akal akalan saja agar polemik yang dipandang tidak perlu, tidak perlu pula untuk diperuncing.
Demikian pula, untuk pembahasan nasab dan darah yang bersambung kepada Rasulullah Saw. Tidak ada satu orang pun yang bisa mengklaim batal atau sebaliknya, mengklaim tersambung nasabnya. Meskipun, dikaji serius dengan upaya upaya ngilmiah seperti mencari rujukan data sezaman atau justru melalui tes DNA. Kalangan tasawuf akan kembali kepada substansi nilai nilai Islam. Yang baik akhlaknya, yang baik taqwanya, itulah pewaris Nabi Saw. Terlepas dari banyak dan sedikitnya ilmu dan amal.
Jika sudah demikian, maka umat Islam akan berpikir ke depan. Memiliki orientasi kemaslahatan di dalam mengantisipasi perubahan, terutama pada perubahan sosial dan global. Apalagi tasawuf juga merupakan terpenting dari keilmuan umat Islam di dunia.