Keberkahan Al Quran
Hari itu, aku mengantar anak pertamaku untuk menjalani tes seleksi masuk di pesantren yang dulu aku juga menimba ilmu di sana.
Suasananya ramai. Lalu lalang calon walisantri yang terlihat membersamai anaknya. Wajah cemas, penuh harap terpancar dari raut wajah mereka, termasuk aku.
Pesantren sudah banyak berubah. Sawah yang dulu kulalui, sudah berubah menjadi susunan batu bata yang megah berlapis warna indah, dengan atap yang bersinar cerah. Siap menaungi parasantri yang bermujahadah. Wajah parasantrinya pun, terlihat cerah dan sumringah.
Langkah kaki kuarahkan menuju masjid itu. Tempat terakhir santri beradu waktu dan ilmu. Siang malam hingga waktu yang tertentu, hanyalah ilmu yang ditemu.
Tepat di depan masjid, ada beberapa nisan yang berdiri tegak di sana. Disanalah, almaghfurlah, KHM Yusuf Masyhar, sang pendiri pesantren, dimakamkan. Bersanding dengan Ibu Nyai Ruqayyah, sang khadim Al Quran sejati beliau, hingga akhir hayatnya.
Duduk bersila, sambil menikmati bacaan tahlil dan yasin yang terucap. Sesekali mataku melihat hamparan bangunan pesantren yang berdiri megah dan tersusun rapi nun jauh di sana. Aih, betapa berkahnya ilmu itu, hingga mampu berkembang pesat. Walau mungkin, beliau -KHM Yusuf Masyhar, tak bisa melihatnya. Atau, mungkin, inilah sunnatullah sebuah kebaikan, dia hanya mampu ditunaikan sebaik-baiknya, tanpa mengharap balasan apapun. Kalaupun terbalas, mungkin Allah membalasnya dengan cara yang kita sendiri tidak ikut merasakan semasa hidup. Semuanya, adalah hasil dari keberkahan yang Allah titipkan, lewat ilmu dan Al Quran.
Jadi, jika hari ini ada beberapa hal yang belum dicapai dan terealisasikan, cukuplah niatkan dalam hati, bahwa mungkin kelak, Allah hadiahkan cita dan asa itu kepada anak ataupun orang setelah engkau berpulang. Tidak harus hari ini, menanamlah kebaikan. Apapun itu. Sedekah, berilmu, berakhlak, atau sejenisnya. Allah sudah mengingatkan jauh sebelumnya, “…apa apa yang ada di sisi kalian, pasti hilang tak berbekas, sedangkan apa yang diniatkan untuk Allah -amal baik itu, akan kekal abadi. Dia (kebaikan itu), akan diteruskan. Oleh siapapun yang tahu betul tentang dirimu.
Cukuplah nasihat tiga ayat itu. Tentang masa. Manusia semuanya merugi, kecuali yang beriman dan beramal kebaikan(salih).
Tidaklah mungkin, manusia yang terus menerus mendawamkan membaca Al Quran, yang merepresentasikan bercakap cakap denganNya, akan tidak mampu memahami segala skenario terbaikNya.
Kata orang, jika ingin memahami pemikiran seseorang, bacalah bukunya. Maka, jika ingin memahami segala ingin dan ketentuanNya di muka bumi ini, bercakaplah denganNya, sesering mungkin, sebisa mungkin. Semoga Allah berkenan membuka segala sisi rahasiaNya untuk kita semua, melalui keberkahan Al Quran yang setiap hari kita baca.
Allahumma ma’al Quran.