Kata tirakat muncul setiap menjelang malam 17 Agustus di masyarakat. Biasanya, diiringi dengan acara melek semalam. Tidak tidur hingga pagi. Tirakat sendiri sebenarnya diambil dari kata bahasa Arab, thariqah atau jalan. Jalan mendekatkan diri kepada Allah Taala. Adapun jalannya diiringi dengan laku prihatin. Prihatin dalam menahan hawa nafsu.
Di pondok pondok pesantren, tirakat juga diajarkan. Ada yang ekstrim, ada yang biasa biasa saja. Yang biasa-biasa saja sesuai dengan kadar kemampuan fisik dan keruhanian pelakunya. Kalaupun ekstrim biasanya dilakukan di pesantren pesantren berbentuk padepokan dengan menjalani hidup dengan berbagai cara cara yang sulit. Berikut tulisan tentang makna tirakat yang bisa diambil hikmahnya (Red.).
SO-ONE (Sowan)
Hidup manusia tergantung pada banyak kebiasaan. Bagaimana dia bangun, berinteraksi, ataupun bahkan dalam cara berpikirnya. Semuanya, adalah sesuatu yang bisa berubah dan diubah, jika manusia-nya mempercayai teori “perubahan” dalam dirinya sendiri.
Banyak hal dan cara untuk berubah. Yang paling sederhana jelas dari hal-hal sederhana. Bagaimana manusia berpikir, ataupun bagaimana Anda bergerak dan berencana. Semuanya akan melahirkan sikap dan hasil yang berbeda. Kalaupun hasilnya tidak sesuai harapan, paling tidak sudah pernah mencoba adalah hasilnya.
Minggu kemarin, adalah minggu yang barokah (bergerak dan bermanfaat). Karena oleh Alloh, ditakdirkan untuk bisa bertemu beberapa hambaNya yang banyak dicinta. Banyak hal yang terkuak. Menyadari betapa jauhnya kualitas diri di hadapan Allah, salah satunya. Karena “banding-bandingke” itu bagus jika tujuannya untuk lebih memperbaiki sesuatu yang belum kita anggap belum banyak bermanfaat.
Ikhtiar dan tirakat atau juga riyadhoh adalah ketiga hal yang idealnya beriringan. Bukannya malah terlalu dominan salah satunya. Dan lalu perlahan, sedikit demi sedikit, semua unsur tersebut bertemu dengan sesuatu yang paling dicari seluruh makhluk di muka bumi, yaitu mengenal baik tuhanNya. Atau, bahasa sederhananya, ma’rifatullah, katanya.
Maka, niatkan saja semua untuk bermanfaat bagi sesama. Perlahan, dan pastinya, semua akan mengalir sesuai skenarioNya. Tetapkan niat yang lurus sedari awal, dan yakini saja, bahwa sesuatu yang baik itu bersifat abadi, tidak temporer ataupun hanya menjadi sebuah projek menara halaman semata.
Wa kafaa, billaahi wakiilaa.