Sebagai jiwa yang memiliki spirit kebudayaan, Muhammad Dinal Maryadi (lebih sering disebut Dienald), termasuk beruntung. Dia memiliki kesempatan emas selama perjalanan hidupnya di Jakarta. Kota pusat pemerintahan dan politik. Ia mengenal banyak tokoh, baik dari kalangan yang biasa disebut “kiri” atau “kanan”. Menjadi seorang Dienald di tengah arus peerubahan memang tidak mudah seperti wujudnya yang sekarang, yang masih bersahaja dan sederhana.
Namun, Dienald sebenarnya sosok yang suka membaca. Dia akan menghabiskan waktunya hanya untuk menghatamkan buku buku yang diminatinya. Terutama, tentang budaya dan sejarah.
Ketika ada kesempatan dekat dengan Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid), ia mendapat tugas untuk bergaul keluar dari kalangan Nahdliyin. Dan, Dienald pun mulai bergerak untuk mengenal satu persatu tokoh tokoh nasional dari berbagai kalangan, baik kiri dan kanan itu. Wawasannya terus berkembang seiring berjalannya waktu. Hal yang menarik untuk menjadi seorang Dienald di tengah arus perubahan adalah tidak goyah pada pendirian. Sementara teman temannya sudah menempati posisi yang cukup previllage. Ia sadar diri sebagai pengabdi yang tekun dan belajar banyak dari tokoh tokoh bangsa seperti Almarhum Gus Dur tersebut maupun Pramoedya Ananta Toer (PAT).
Kenangannya bersama PAT terbilang cukup akrab. Dienald sering menginap di rumah PAT dan berbaur dengan keluarganya. Seperti keluarga sendiri. Bahkan, tak segan segan jika terjadi “prahara” di dalam keluarga PAT, Dienald sering pula menjadi penengah hingga prahara itu berhasil padam.
Bang Dienald, demikian biasa dipanggil namanya. Lahir di Palembang dan besar di Jakarta setelah keluarganya hijrah ke ibukota. Ia menjadi aktivis budaya hingga selama dua periode (2004-2010, 2010-2015) menjabat sebagai Sekretaris Jenderal LESBUMI PBNU. Dalam pengalaman yang penuh makna, ia mengenal banyak artis artis senior dan seniman seniman kawak.
Menjadi seorang Dienald di tengah arus perubahan telah mengingatkan satu perjalanan masa reformasi yang gemilang. Ketika masa mengalami pancaroba. Tidak hanya di dalam negeri, krisis moneter terjadi di berbagai belahan dunia. Pada masa ini, reformasi menjadi pilihan bagi penyelenggara negara agar transisi berjalan stabil.
Tulisan Bang Dienald sebenarnya lumayan bagus, namun belum banyak diketahui publik. Atau, sudah tapi memang sedang mengalami transisi masa. Mungkin pula, tulisan atau puisi puisinya sengaja disimpan? Wallahu a’lam, hanya Bang Dienald dan Tuhan saja yang tahu. Kalaupun ia memang tidak mau menulis, barangkali ia memang ingin ditulis. Demikian kira kira.