Huma itu lantang dan tampak bersih dari rerumputan. Tidak terlalu lebar luasnya. Daun daun pepohonan tumbuh liar. Hujan baru saja reda tatkala matahari mulai menerangi bumi.
Rumah kayu itu tidak bisa dikatakan sebagai gubuk karena terlalu besar. Bertangga tinggi sepinggang orang dewasa yang belum termakan usia. Daun pintunya tertutup rapat. Begitu pula, dua daun jendela di muka, di samping kiri dan kanan, serta bagian belakang.
Dari kaki tangga, tersusun batu batu ceper hingga berjarak ke arah sebuah sumur. Di atas sumur, sebuah timba terbuat dari karet ban yang masih dibiarkan tergantung. Rumah kayu itu seperti memang sengaja dibangun dengan arsitektur sederhana, tapi pengamanannya lengkap untuk melindungi penghuni rumah dari serangan bahaya binatang buas. Pagar kayu mengelilingi rumah, diikat dengan utasan tali ijuk. Begitu pula, tiang tiang kayu yang lain.
Dari pagi hingga matahari sepenggalah, huma masih terlihat lengang. Burung burung Punai yang bertengger di dahan pohon Merbau mulai beranjak terbang. Burung burung Pipit hinggap di dahan dahan jelai liar yang terjuntai. Berjarak sekira lima puluh langkah, jalan melandai menuju anak sungai yang mengalir jernih. Seekor Biawak berjalan melata, mencari mangsa.
Sekilas, rumah kayu di tengah huma itu berdiri di tanah miring yang melandai. Di samping rumah, terdapat dua gundukan tanah kuburan yang tak terawat dan mulai menyemak.
Seekor anak burung Pipit tiba tiba jatuh dari sarangnya di atas pohon Pinang. Sementara sang induk telah pergi berhamburan mencari makan. Ia menciap ciap seakan meminta tolong, tapi tidak ada yang peduli.
Seekor ulat mulai merayap, mendekat. Begitu pula, seekor biawak merangkak dari arah berbeda. Keduanya, ular dan biawak, bersitegang hendak berebut mangsa.
Anak Pipit yang belum sempurna bulunya itu melompat lompat lemah. Daging tubuhnya masih tampak memerah. Biawak dan ular terlibat dalam pergumulan saling memangsa. Keduanya melupakan anak Pipit dan berani bertaruh nyawa untuk saling memangsa. Ular membelit Biawak, Biawak menggigit tubuh ular. Bergulung gulung di sela sela semak.
Hingga siang, ular dan biawak tidak ada yang saling mengalah. Sementara tubuh keduanya mulai terluka. Anak Pipit berhenti menjerat.