Hari ini, ditakdir Allah berjalan kembali di mall. Sebuah pusat perbelanjaan yang terkemas megah dan bersih. Orangnya pun, ikut megah dan bersih. Bahkan, terkesan bermegah-megahan sesekali. Mall itu, banyak menjual kemegahan di dalamnya.
Lain Mall, lain juga maal. Berbeda hanya beberapa huruf dan cara baca panjangnya, keduanya memiliki makna berbeda. Persamaannya, hanya sama-sama menjadi tujuan manusia.
Maal berasal dari kata bahasa Arab artinya harta atau kekayaan (al amwal, jamak dari kata maal) adalah “segala hal yang diinginkan manusia untuk disimpan dan dimiliki” (Kamus Lisan al Arab). Menurut Islam sendiri, harta merupakan sesuatu yang boleh atau dapat dimiliki dan digunakan (dimanfaatkan) sesuai kebutuhannya. Intinya, maal adalah sesuatu yang bisa disimpan dan dimiliki oleh manusia semasa hidupnya.
Jika sebuah perjalanan manusia saya umpamakan ibarat seorang yang sedang berjalan di sebuah mall, maka toko dan segala pernak pernik yang ada di dalam mall adalah semua hal yang menggoda manusia dalam perjalanannya.
Manusia memulai perjalanannya sejak lantai 1, dan berakhir di lantai paling atas, maka perjalanan manusia akan bisa dinilai dari sebanyak apa dia mengambil sesuatu semasa perjalanannya.
Ada yang melirik toko harta, toko wanita, toko jabatan, toko ilmu, dan semua lambang kesuksesan yang dibuat sendiri oleh manusia. Lalu kemudian, semua hal itu, dia bawa selama perjalanannya. Terbayang sudah, betapa yang dia bawa, akan minimal memperlambatnya.
Setelah sampai di atas, ternyata semua “kesuksesan” yang dia sangka akan berguna, harus diletakkan di luar. Karena ruangan terpenting di lantai atas, tidak memperbolehkan siapapun membawa lambang kesuksesannya.
Inilah analogi sederhana dari sebuah aplikasi hadis nabi yang berbunyi, “Orang orang muslim yang fakir akan masuk surga terlebih dahulu sebelum orang orang kaya selang setengah hari, yaitu lima ratus tahun.” (H.R. Ahmad). Mereka yang berjalan tanpa membawa apapun, lebih cepat mencapai tujuan, walau mungkin lebih cepat menahan lelah yang dirasakan.
Maka, semua yang kita ambil dan belanja di mall, akan menjadi maal kita. Dan semuanya, akan ditanya.
“Kemudian kamu benar benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).” (Surat Al Takatsur: 8)
Jadi, nikmati perjalananmu selama di mall (dunia). Ambil maal-mu secukupnya. Sebutuhnya. Karena sungguh, nikmat yang sedikit tapi mendatangkan syukur, itu lebih baik daripada nikmat yang banyak tapi melalaikan kita dari tujuan sebuah perjalanan. Maa qolla wa kafaa, khairun min katsiirin wa alhaa.
Wallohu a’lam
Surabaya, 4 Juli 2024
Galaxy Mall 1 dan 3.