Siapa yang tak kenal Desa Battembat? Kawasan pemotongan hewan yang menjadi sentra kuliner di Kabupaten Cirebon dan sekitarnya. Kawasan Battembat memang strategis. Di samping, berada di sisi Utara jalur Pantura, Battembat juga berada di tengah tengah perbatasan antara Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Sebagai sentra kuliner, Battembat menjadi tempat kunjungan penikmat kuliner dari berbagai daerah, baik dari Bandung, Bogor, Jakarta, bahkan Semarang dan Surabaya. Battembat menjadi persinggahan favorit bagi pemudik dari Jakarta atau sebaliknya.
Sebuah novelia ditulis oleh Dinal Mariadi berjudul Kedai Abah Zhen yang diangkat dari kisah nyata Abah Zhen selama dua bulan tinggal di Battembat. Pada mulanya, Abah Zhen menemukan kendala-kendala yang hampir membuatnya hampir putus asa. Pengalaman segudangnya di Jakarta seolah tidak memberikan keyakinan, apalagi kepercayaan dari orang orang yang dijumpainya. Hampir setiap malam, Abah Zhen menaruh punggung tangannya di atas kening, menghitung hari hari yang telah berlalu. Namun, tidak pula ia menemukan jawaban pasti.
Pada suatu malam, tiba tiba, ada seekor binatang sebesar kucing melintas cepat didekatnya. Abah Zhen terkejut, tetapi tidak menimbulkan rasa takut atau bulu kuduk berdiri. Ia yakin, itu pertanda baik, binatang itu menghilang ketika dikejar. Meskipun, Abah Zhen tipe orang yang tidak mudah percaya kepada tahayul.
Inspirasi pun datang bertubi tubi. Ia mendapat respon atas gagasannya. Ia berkeinginan menyulap jalan Pejagalan menjadi sebuah sentra kuliner. Dan, dengan modal tekad yang kuat, Abah Zhen memulai usaha kedai dari kecil. Ia mulai dapat melupakan kenangannya tentang Jakarta. Ia berpendapat, Jakarta adalah masa lalu. Ia berpedoman, hidup ada di sini dan kini. Segala angan tanpa ada tindakan pasti tidak akan pernah berhasil. “Memanfaatkan sisa umur untuk kemaslahatan masyarakat,” katanya, penuh semangat. Dan, membuka kedai tidak ingin membuka persaingan pada warung warung yang sudah ada. Konsep yang dia gambarkan adalah sejahtera bersama.
Walhasil, meskipun dengan nada pesimis pada awalnya, tekad Abah Zhen telah menarik perhatian Mariadi. Seniman theater, penyair, dan budayawan Taman Ismail Marzuki yang mengangkatnya ke dalam sebuah cerita novelia. “Abah Zhen adalah sosok yang patut ditiru. Hidupnya habis untuk membantu banyak orang. Tidak saja keluarga yang utama, bahkan dalam sebuah organisasi besar seperti partai. Namun, sekali lagi, Jakarta adalah masa lalu. Tidak penting untuk diingat. Proses yang panjang tidak mengantar Abah Zhen hidup layak, malah semakin ditimpa masalah. Pilihan Abah Zhen menghidupkan kedainya adalah mengundang semua stakeholder untuk sama sama terjun ke masyarakat. Tema tongseng, bubur, dan kopi menjadi sajian pilihan utama. Memberdayakan masyarakat. Membangun sentra perekonomian dan industri. Kerja keras Abah Zhen mulai mendapat perhatian. Sudah banyak investor yang menawarkan modal tanpa cicilan kepadanya. Cintanya kepada bangsa dan negara diwujudkan melalui program pemutaran sistem keuangan dan roda ekonomi.
Battembat, 6 September 2024.