Berbagai upaya telah dilakukan untuk meraih cita cita dan cinta. Namun, selalu saja mendapat kegagalan. Orang yang sering mendapat kegagalan, hatinya akan kebas. Tak mempan lagi dengan rasa sakit. Sehingga tidak ada lagi pengharapan yang patut untuk digantung.
Memang, tidak mudah untuk berguru kepada kenyataan. Pahit getir, senang sedih, semua harus dirasakan.
Namun, jangan khawatir. Kekecewaan selalu ada. Ketika daya upaya serasa sudah maksimal dikerahkan. Tangis darah dan biaya seakan sia sia. Sementara harapan tak juga kunjung datang.
Pati rasa atau mati sak jeroning urip dalam falsafah hidup orang Jawa adalah jawaban atas diri yang sesungguhnya sudah mati. Hidup di dunia hanya sementara. Fana. Sedangkan yang hidup itu adalah yang abadi.
Seseorang akan terpana ketika diucapkan: cinta sejati memang tak ada. Karena, harapan yang digadang gadang di depan mata tak kunjung juga bersambut. Kecewa? Pasti.
Tapi, jika mampu memandang: semua adalah makhluk Tuhan yang patut disayangi dan dicintai, maka tidak ada lagi alasan untuk membenci.
Cinta memang abadi. Cinta tak lagi dipandang sebagai hubungan dua insan secara biologis. Cinta adalah milik Tuhan yang sesungguhnya. Sementara orang orang yang didatangkan untuk dicintai adalah sebentuk cinta Tuhan yang tak bisa dipungkiri. Cinta bisa datang dan pergi kapan saja, kecuali cinta itu sendiri. Kenyataan bisa saja pergi, tapi kenyataan adalah sesungguhnya tidak pernah pergi.
Apakah pikiran demikian termasuk halusinasi? Tidak.
Setiap orang bisa saja berubah pikiran dalam sekejap. Semula senang kemudian berubah tidak senang. Tadinya benci tiba tiba berubah menjadi cinta. Padahal, perubahan itu disebabkan oleh karena perasaan. Orang yang tidak berubah ketika ia telah membunuh perasaannya. Tidak perlu lagi berperasaan, karena bisa cepat berubah.
Berjalanlah bersama timangan angin yang tak pernah berhenti semilir. Ia akan mengajak dan menuntun dirimu pada kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan yang hanya dirimu dan Tuhan yang tahu. Dalam perjumpaan yang dirimu sadari dalam sebuah kenyataan yang abadi.
Tengah Tani, 14 Januari 2024.