Di dalam rumah kayu, tergeletak seseorang yang tengah mendengkur halus. Nafasnya teratur dengan punggung yang tenang. Tubuh itu tak bergerak sama sekali. Selembar tikar pandan yang mulai kusam menjadi alas di atas lantai papan yang tampak mengkilap. Seandainya tidak ada suara benda jatuh, wanita itu mungkin tidak akan beranjak dari tidurnya yang lelap.
Kulitnya berwarna terang kecoklatan. Rambutnya tergerai panjang, tidak terikat. Kendati masih remaja, otot ototnya tampak kekar.
Wanita itu duduk lalu menggeliat. Ia mengucek ucek matanya. Sebentar, ia menarik nafas pelan pelan.
Tubuhnya nyaris telanjang. Hanya selembar kulit rusa berbentuk cawat yang menutupi bagian bawahnya. Serta, selembar lagi menutupi bagian dadanya.
Di bagian dinding rumah, tergantung daging daging rusa kering yang sudah terpotong potong.
Wanita itu beranjak dari atas tikarnya. Lalu, membukakan pintu dan jendela lebar lebar. Sejenak, ia memandang ke kejauhan. Memicingkan mata, lalu diam terpaku seakan sedang menyimak pendengarannya. Ia memastikan tidak ada yang mencurigakan. Kemudian, meraih sebilah mandau yang tergeletak di sisi tikar tidurnya. Mandau itu tersarung di dalam rangka kayu yang diikat oleh tali kulit kayu dan belahan rotan yang rapat.
Wanita itu menarik mandaunya. Tampak separuh besi yang landap. Ia menyeringai dengan bahasa yang tak dapat dimengerti. Dari mulutnya keluar desisan seperti seekor ular, kemudian menyahut seperti suara burung, auman harimau, dan lolongan serigala.
Angin semilir mulai berhembus, menerpa rambutnya yang halus. Wanita itu masih tidak beranjak dari duduknya. Sekali berdiri, ia meraih sekerat daging, lalu mencincangnya menjadi beberapa potongan kecil kecil sekira dua jari. Dengan giginya yang kuat, wanita itu menggigit dan mengunyah. Ia tampak lahap dan kelaparan. Dalam bilangan tarikan nafas, potongan potongan kecil daging itu sudah habis dimakan.
Wanita itu mendengus beberapa kali, lalu meraih gerigik* berisi air yang tersandar di dinding. Beberapa teguk air telah masuk ke dalam mulut dan perutnya. Ia mengusap pipinya yang basah. Kemudian, menatap nyalang ke arah pintu.
Wanita itu terus mendengus seraya bergerak, membungkuk seperti seekor kera. Tubuhnya berputar putar dengan gerakan membelakang. Kukunya yang menghitam ujungnya mencakar cakar lantai. Meninggalkan gores gores halus.
*Gerigik = sepotong bambu yang dibuat untuk menampung air didalamnya.