Fenomena saat ini, menjadi kuat dan produktif di usia paruh baya menjadi semacam keharusan. Usia 50 tahunan menjelang usia lanjut (lansia). fenomena ini memberikan gambaran karena harus berpikir dan menjalani sendiri aktivitas aktivitas diri dan sosial. Dapat dibayangkan, dalam usia yang masih dibilang produktif harus menangani banyak hal aktivitas dan pekerjaan sendirian. Tidak terorganisir karena masing masing sibuk dengan aktivitas masing masing, terutama karena gejala trend digital yang telah memenggal hubungan sosial.
Mengapa usia paruh baya yang menjadi sasaran?
Pada usia tersebut, tanggung jawab sosial telah dibebankan kepada mereka. Mereka menjadi jembatan antara usia belia di bawah usia 30an dan menanggung beban usia di atas 60an. Gampangnya, usia paruh baya ini akan melakukan banyak aktivitas mengasuh dua kelompok manusia tersebut. Beratnya, hal tersebut menjadi tanggungan pribadi. Belum lagi, apabila usia di bawahnya masih belum menemukan formulasi kemapanan hidup, pun usia lanjut yang merasa kesepian dan harus ditemani.
Kelemahan ini sangat mendasar, tapi jarang dibicarakan. Bagi sebagian orang masih aktif di kantor atau di perusahaan tidak begitu kentara beratnya, meskipun ada anggota keluarga yang masih menjadi tanggungannya. Karena, kesibukan kantor dan usaha telah mampu menutupi kekosongan kekosongan beban mental dan pikiran.
Namun, bagi pegiat pegiat sosial, hal ini sangat berdampak, karena harus mengerjakan banyak hal dalam satu bidang. Di samping, perusahaan perusahaan yang belum benar benar mapan atau memang karena runtuh akibat demokrasi ekonomi yang menghendaki hidup semakin individual.
Menjadi kuat dan produktif di usia paruh baya, mau tidak mau, harus mengutamakan kesehatan diri. Menjaga mental dan menjaga jarak agar tidak tertindih oleh beban mental yang lebih besar. Di tambah lagi, oleh hiruk pikuk media sosial yang sering menghantam pikiran dari berbagai sudut cacian, baik langsung atau tidak. Perhatian dunia akan begitu cepat menimpa diri karena akan dengan cepat mendapat akses akses publik yang begitu deras. Bagaimana emosional seorang artis ketika secara psikologi ia melakukan kesalahan dan menjadi sorotan dunia? Tenggelam begitu saja untuk melarutkan emosi atau melakukan perlawanan frontal?
Menjadi kuat dan produktif di usia paruh baya harus pula menyadari kebutuhan kebutuhan pribadi menjadi tak kalah penting. Boleh saja memberi perhatian lebih kepada pihak pihak di luarnya, tapi kebutuhan akan kesehatan diri jauh lebih penting. Kuncinya, menjaga jarak dan melakukan prioritas prioritas atas pilihan!