Dengan kehidupan sosial yang kian bangkrut, harapan terakhir tinggal pada sosok pesantren sebagai subkultur. Dikatakan bangkrut, karena hubungan antarindividu kian berjarak oleh individualisme digital. Misal, dalam rentang jarak berdekatan dua orang bisa saling tidak bertegur sapa hanya karena sibuk dengan hape dan gadget masing masing. Tertawa sendiri, marah sendiri. Hubungan sosial di dalam pesantren, meskipun kian protektif, setidaknya masih memberikan harapan kalau pesantren masih memiliki kepedulian sosial. Sehingga pesantren produksi sebagai solusi adalah sebuah konsep yang perlu segera dibicarakan.
Lalu, bagaimana dengan konsep sosial di dalam pesantren sehingga dapat memberikan solusi?
Kehidupan sosial diantaranya tidak bisa terlepas dari faktor pergaulan (relationship) dan ekonomi. Selang kurun waktu yang lama, pesantren membuka diri dengan masyarakat lingkungannya. Memberi inspirasi kemajuan, baik dalam pemikiran maupun praktik hidup keseharian. Pesantren, baik kiai, pengurus, maupun santri santrinya membangun relasi intensif dengan masyarakat di sekitarnya. Baik hubungan itu langsung antara pesantren dan struktur masyarakat maupun interaksi budaya seperti ekonomi. Santri santri di sebuah pesantren bisa menjadi konsumen tetap bagi pemilik warung misalnya. Pesantren produksi sebagai solusi adalah sebuah konsep di sini dalam artian ekonomi. Pesantren dapat mendorong laju ekonomi masyarakat kian meningkatkat.
Modernisasi yang digalakkan oleh pemerintah dengan sistem yang relevan dengan zamannya turut berperan mempercepat kemajuan pesantren dan masyarakat sebagai relasi. Lembaga ekonomi pesantren seperti koperasi misalnya tidak saja diperlukan oleh kalangan warga pesantren semata, melainkan juga turut membangun relasi bersama masyarakat. Misal, pesantren perlu mencukupkan kebutuhan pangan mereka. Pesantren mengambil atau membeli komoditas pertanian yang dimiliki oleh masyarakat seperti beras, sayur mayur, bahkan lauk pauk. Melalui koperasi, pesantren dapat mengambil dalam jumlah yang lebih besar dan bertindak sebagai distributor. Tentu, dengan harga dan sistem koperasi yang saling menguntungkan. Di sini, diperlukan pesantren produksi sebagai solusi adalah sebuah konsep dalam praktik praktik distribusi. Dengan demikian, masyarakat lingkungan dan pesantren sendiri dapat bertindak sebagai subjek yang turut berpartisipasi dalam kemandirian ekonomi atas pemenuhan diri sendiri. Di samping, pemenuhan kebutuhan nasional yang lebih besar. Pesantren dapat menjadi contoh sembada di bidang produksi pertanian, perdagangan, dan transformasi pengetahuan yang berkelanjutan. Dengan demikian, pesantren dapat benar benar memenuhi slogan yang selama ini sering disebutkan sebagai “agent of change”. Kemajuan pesantren dengan konsep yang matang adalah tujuan kita bersama.