Tak terasa, waktu begitu singkat, 100 tahun sudah berlalu, namun seolah baru saja terjadi. Demikian, kiprah Pesantren Tebuireng senantiasa mengawal negeri. Mungkin, jika bisa dikatakan: tidak ada Tebuireng tidak ada Indonesia, karena suku-bangsa Indonesia membutuhkan legitimasi agama untuk berdiri. Dan, legitimasi itu berpangkal dari Pesantren Tebuireng. Tidak hanya wibawa, melainkan aktivitas-aktivitas nyata. Dengan demikian, untuk menghadapi perubahan zaman, Tebuireng tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
—
Tebuirengku
Satu abad lebih kau mengabdi untuk negeri
Sejak zaman kompeni, orla, orba, reformasi dan masa pandemi
Ribuan santri lahir dari rahimmu menyebar ke seluruh pelosok ibu pertiwi dengan beragam profesi
Jadi kyai, guru, dosen, pedagang, pejabat, petani, politisi dan entah apalagi
Sesuai maqam, tugas kekhalifahan dan profesinya mereka menebar manfaat kepada umat dengan bimbingan al-Quran, as-sunah dan dawuh kiai
Tebuirengku
Kau penjaga gawang nasionalisme negeri ini
Kau perawat budaya luhur bangsa ini
Kau pembimbing suci keimanan umat ini
Kau tak goyah dihempas badai globalisasi
Tak tergilas arus modernisasi
Tak lekang oleh panas
Tak lapuk oleh hujan
Karena ayat-ayat suci, sunah nabi dan pemikiran para ulama sejati selalu menjadi tarikan nafasmu sehari-hari
Tebuirengku
Di tanah muliamu terkubur dua pahlawan nasional; KHM Hasyim Asy’ari dan K.H. Abdul Wahid Hasyim
Di saat penjajah ingin merebut kembali kemerdekaan negeri, Mbah Hasyim mengeluarkan Resolusi Jihad untuk membangkitkan semangat juang para santri demi eksistensi ibu pertiwi
Jargon cinta tanah air bagian dari iman telah terpatri kuat di dalam hati
Membela negara adalah perjuangan suci, telah menancap dalam sanubari
Ketika tokoh-tokoh politik berdebat tentang dasar Negara, Kiai Wahid tampil menerima Pancasila sebgai falsafah Bangsa, mewakili kaum santri
Karena jasa besar kedua beliau, sekarang sering terdengar Pancasila jaya, NKRI harga mati
Tebuirengku
Kau harus jadi pengendali peradaban, teguh tak menyerah gelorakan Islam Nusantara kepada anak-anak negeri
Sumbangsihmu tak terbilang, walau bagianmu terbatas, karena keikhlasanmu tak bertepi
Darah, nyawa telah kau hibahkan untuk kemerdekakan ibu pertiwi
Kau harus mengisi kemerdekaan
Cahayakan kebenaran, nafaskan kebenekaan, tanamkan sikap moderat dan toleran
Tebuirengku
Tugasmu belum usai
Umat selalu menunggu kehadiranmu
Masyarakat rindu kasih sayangmu
Negara senantiasa mengharap kiprah sejatimu
Selamat ultah ke-122 untukmu
(e.m. Tompeyan: 05/08/2021)