Salah satu maqalah Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari adalah “Petani penolong negeri”. Hal ini menunjukkan kepedulian Hadratussyekh terhadap kalangan para petani.
Untuk menyaingi perdagangan dan industri Belanda, Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari dan sahabatnya, KHA Wahab Chasbullah, mendirikan koperasi petani yang diberi nama “Syirkatul Inan”. Atau, koperasi tolong menolong. Dalam artian, para petani di bawah koperasi Syirkatul Inan bersama sama memproduksi sendiri lahan pertanian mereka, kemudian mendistribusikan hasilnya ke pasar. Dari upaya tolong menolong atau dengan kata lain gotong royong, pesantren melakukan konsolidasi ekonomi rakyat di dala membendung dominasi kapitalisme dan kolonialisme Belanda.
Di bidang industri, Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari juga menyiapkan peralatan peralatan pertanian seperti cangkul, arit, dan sebagainya. Beliau membuat industri alat pertanian yang didistribusikan kepada para petani di bawah binaan koperasi Syirkatul Inan.
Hal ini menjadi inspirasi KH Amin Abdul Hamid yang mulai melakukan ekspansi kepada para petani. Ia melakukan konsolidasi untuk membangun perekonomian dengan berbasis pesantren. Tujuannya adalah sederhana, mencukupi kebutuhan pangan para santri Pondok Pesantren Darul Ulum, Desa Kendal, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi. Pondok pesantren di bawah asuhannya.
Dari hasil panen ini, diharapkan Pondok Pesantren Darul Ulum dapat bersembada di bidang makanan pokok, terutama beras. Selebihnya, bisa didistribusikan kepada pangsa pasar yang lebih luas.
Desa Kendal memang tidak memiliki lahan yang luas untuk industri selain pertanian. Namun, ini bisa menjadi awal bagi sembada sembada yang lain seperti perikanan dan peternakan.
KH Amin Abdul Hamid memang dikenal kreatif. Memutar roda ekonomi dengan pola sembada ini tidak langsung dalam skala besar, melainkan terlebih dahulu melalui pola pembelajaran. Dari usaha kecil kecilan. Tak jarang, KH Amin, demikian sapaan akrabnya, masak sendiri di dapur. Meskipun, setiap hari Beliau didampingi oleh para santri. Beliau memberi contoh bagaimana seorang pemimpin harus melakukan kerja sendiri sebelum memberi pengarahan. Walhasil, santri santri asuhannya banyak yang mandiri setelah melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Dan, tidak satu dua, yang sudah menempati posisi posisi strategis.
Dengan demikian, pola pesantren sembada beras ini dapat menjadi inspirasi bagi pesantren pesantren yang lain di dalam meningkatkan swasembada pangan di lingkungan sendiri dan masyarakat di sekitarnya.