Dalam rangka mensyukuri nikmat kemerdekaan bangsa Indonesia ke-81 yang jatuh pada bulan Ramadan, Dhibra (Dhilaal Berkat Rohmat Alloh) Shiddiqiyah mengadakan acara buka puasa dan santunan untuk 300 anak yatim dan dhuafa di Ballroom Hotel Yusro Jombang pada Kamis (21/3/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua DPP Orshid Joko Herwanto, Sekjen DPP Opshid FKYE Mulyono, Ketua DPP PCTA Indonesia I Dewa Nyoman S Hartana, Ketua YPS Pusat M. Zakiyul Fuad, Ketua JKPHS Pusat Pujiarti, dan tamu undangan lainnya.
Setelah acara selesai, Nyai Hj Shofwatul Ummah, Ketua Umum Dhibra, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah bentuk rasa syukur atas kemerdekaan dan berdirinya NKRI yang bertepatan dengan bulan Ramadan.
“Santunan ini diharapkan dapat membawa keberkahan bagi Indonesia dan rakyatnya, serta mewujudkan rasa syukur atas kemerdekaan yang telah diraih,” ujarnya.
Hj Shofwatul Ummah menambahkan bahwa Dhibra telah melaksanakan berbagai kegiatan Ramadan sejak tanggal 9 Ramadan, 10 Ramadan, dan 11 Ramadan, seperti buka puasa bersama dan santunan anak yatim.
“Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian Dhibra terhadap anak yatim dan dhuafa, serta upaya untuk meningkatkan rasa syukur di bulan Ramadan,” tambahnya.
Hj Shofwatul Ummah mengatakan pentingnya mensyukuri nikmat Allah SWT di bulan Ramadan, terutama melalui peringatan akan kemerdekaan yang harus kita syukuri.
“Dengan bersyukur, Insya Allah nikmat tersebut akan ditambah oleh Allah SWT. Sebagai rakyat Indonesia, kita berusaha untuk mewujudkan rasa syukur itu melalui kegiatan santunan seperti yang dilakukan hari ini,” jelasnya.
Acara ditutup dengan penyerahan bingkisan dan uang tunai kepada anak yatim dan dhuafa, dan dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama. Di tempat terpisah, Raden Mas Kuswartono, pembina Persada Sukarno Kediri, menjelaskan 5 alasan mengapa Sukarno memilih tanggal 17 sebagai proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia:
- Puasa
- Turunnya Al-Qur’an pada tanggal 17 bulan puasa.
- Sholat, menjalankan sholat 17 raka’at dalam sehari.
- Hari Jum’at.
- Pasaran Legi.
Hal ini menjadi dasar bagi Sukarno dalam memproklamasikan kemerdekaan pada hari dan tanggal tersebut. Oleh karena itu, sangat wajar jika penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim memperingati hari kemerdekaan Bangsa Indonesia dan hari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan penanggalan Hijriyah yaitu kalender umat Islam. Dengan demikian, sudah tepat jika Shiddiqiyyah mentasyakuri hari kemerdekaan bangsa Indonesia setiap tanggal 9 bulan Ramadan dan hari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia setiap tanggal 10 bulan Ramadan. Karena sangat sesuai dengan ajaran Islam, meskipun pemerintah menggunakan penanggalan Masehi. tegas Kuswartono.
Selain itu, Kuswartono juga menekankan bahwa pentingnya menyadari makna dan nilai-nilai kemerdekaan serta menjadikannya sebagai pijakan dalam kehidupan sehari-hari.
“Sebagai bangsa yang merdeka, kita harus selalu mengingat perjuangan para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan ini. Kita harus menjaga dan meneruskan cita-cita mereka demi kehidupan yang lebih baik dan adil.” ungkap Kuswartono.