Catatan-1
Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang tidak habis untuk digali makna, data, dan informasinya. Sebagai pusat data alam semesta hingga akhir hayat, Al Quran tidak saja dipelajari dan dipedomani oleh umat Islam saja, melainkan kalangan ilmuwan nonmuslim juga tidak sungkan sungkan untuk mencari cari data dan informasi yang bersifat ilmiah dan universal.
Namun demikian, mempelajari Al Quran harus memperhatikan lapisan lapisan bangunan piramida yang tersusun olehnya bila dilihat dari aspek ilmu dan pengetahuan. Lapisan lapisan tersebut diantaranya adalah, pertama, Al Quran sebagai Kalam Allah yang memuat redaksi kata, statistika (uslub), dan historisitas yang melingkupinya secara letterleijke. Lapisan kedua adalah lapisan sosial ketika Al Quran tersebut dibaca. Dan, lapisan ketiga adalah kontribusi dan orientasi (tadabbur) dari makna makna implementatif yang sudah diekspresikan dan dieksplorasi oleh para pembacanya.
Metode Al Murattalu
Al Murattalu atau Al Murottalu adalah metode yang dilahirkan secara sengaja oleh Hadratussyekh KHM Yusuf Masyhar, pendiri Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an, Jombang, Jawa Timur. Dikatakan sengaja karena dilakukan secara terus menerus melalui penelitian penelitian dan penyempurnaan penyempurnaan. Hal ini berangkat dari kondisi sosial masyarakat Indonesia yang cenderung beragam di dalam melafalkan Al Quran. Keragaman tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi lisan suatu masyarakat di Indonesia yang sudah turun menurun, tanpa memperhatikan faktor faktor keilmuan Al Quran, baik dari sisi tajwid, tahsin, dan tadabbur.
Metode yang dilakukan secara teliti ini memang dipandang lebih moderat di dalam melafalkan huruf huruf dan ayat ayat Al Quran, baik dari segi pengucapan, berhenti dan memulai bacaan (waqf wal ibtida), hingga konsekuensi makna dari hasil bacanya.
Kendati penelitian metode ini dilakukan di Indonesia, terkhusus di Kabupaten Jombang, namun rihlah ilmiah dan keterlibatan Hadratussyekh KHM Yusuf Masyhar di kancah internasional sejak 1971 sudah diakui oleh dunia. Hal ini dibuktikan dengan musabaqah yang diikuti oleh santri santri Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an banyak yang meraih juara.
Dengan kata lain, musabaqah tersebut, baik nasional maupun internasional, bukan semata menampilkan kepiawaian seorang pembaca (qari) di atas panggung saja, melainkan dari aspek metodologi pembacaan. Dari sini, urgensi Metode Al Murattalu dipandang perlu untuk dikembangkan dan disosialisasikan ke kalangan masyarakat umum, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.