Hari yang indah. Dapat berjumpa kalangan penyair. Sebutan bagi penggiat puisi di Indonesia. Mereka muncul dalam karakter dan corak pakaian yang berwarna warni. Itu memiliki kecirian khas yang bersifat personal.
Berjumpa Sutardji Calzoum Bachri (SCB), 18/3/2023, hingga terlibat dalam larut diskusi tengah malam. Bercerita sebentar tentang Remy Sylado.
Dalam ceritanya, sosok Remy memiliki performa remaja yang “nakal” pada zamannya. Setelah tidak selesai menjadi pendeta yang baik, Remy menjadi sering hidup di jalanan yang tidak jarang terlibat dalam perkelahian antargeng. Ia memiliki banyak pacar dan senantiasa berpakaian rapi yang ia pesan sendiri. Mulai dari sepatu hingga baju dan aksesoris, Remy menempa sendiri. Tidak pasaran dan seragam selayak umumnya orang Indonesia. Pakaiannya dipesan khusus.
Pergaulan dari dunia “nakal” tersebut telah membawa dirinya untuk mengetahui banyak hal. Dari ilmu selama pendidikan pendeta yang tidak tuntas, ia memiliki bekal untuk mengetahui banyak hal pengalaman budaya dan agama. Sehingga puisi puisinya tidak monoton dan penuh ekspresi yang serius selayak deklamasi. Sentilan sentilan subtil dan jenaka terkesan lucu dan menghibur. Banyak penggemar. Dan, sedikit membawa pemirsanya pada arus yang serius. Tertawanya terlambat, karena harus mikir terlebih dahulu untuk tertawa.
Banyak karya, dari novel dan puisi. Sepertinya, ia memang khusus menyelami jalan hidup demikian. Tidak pernah terlibat pada bidang politik yang lebih menjanjikan secara prestise misalnya.
Lagi lagi pengalaman yang indah meskipun ruangan di lantai 4 PDS yang baru itu tidak cukup penuh sesak oleh pengunjung. Namun, setidaknya dapat menjadi saksi jalan kedamaian yang ditempuh Remy. Dia mungkin tersenyum atau tetap jenaka seperti puisi puisinya.
40 puisi Remy dibaca secara maraton oleh Jose Rizal Manua. Disimak baik baik baik tanpa jeda dengan penuh wajah antusias dan terkesima. Tak terasa, acara yang digelar dari pukul 16.00 tersebut berakhir hingga pukul 18.00. Tepat, Maghrib.
Malam Minggu yang bersalin. Taman Ismail Marzuki (TIM) masih saja rapi oleh pengunjung pengunjung muda. Sementara yang tetap tenang, ruang gembira.