Mungkin, kalimat yang lebih tepat adalah “Joko Tingkir Unjukan Dawet”. Jaka Tingkir minum Dawet. Apa yang salah?
Tidak ada yang salah. Dawet merupakan minuman asli khas Jawa. Ada Dawet Ayu Banjarnegara yang terkenal. Dan, hampir di setiap pelosok pulau Jawa mengenal minuman jenis ini.
Mengapa Dawet menjadi masalah hanya karena diminum oleh Jaka Tingkir yang dikenal sebagai Sultan “Kerajaan Pajang” Hadiwijaya di kemudian hari. Satu satunya raja atau sultan yang berkuasa di wilayah Pajang, karena penerusnya tidak mampu menandingi kebesaran nama Mataram. Adapun ceritanya pun masih simpang siur, karena masih ada keturunan keraton yang mengaku sebagai keturunan trah Sultan Hadiwijaya ini.
Yang menjadi masalah, mungkin, karena Sultan Hadiwijaya mengakhiri hidupnya dengan hidup mandita sebagai ulama ahli tasawuf yang mendirikan sebuah pesantren di Tambakboyo, Lamongan. Di samping makamnya pun terdapat makam isterinya yang disebut oleh penduduk setempat dengan sebutan nama “Puteri Campa”. Artinya, kontroversi Jaka Tingkir bukan persoalan di zaman sekarang saja. Bahkan, sejak zaman Kolonial mulai menguasai keraton Surakarta, nama Jaka Tingkir memang tidak disukai dengan ragam cerita yang cenderung sumir.
Memang, Jaka Tingkir adalah murid Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga. Tak ada yang meragukan keulamaannya. Artinya, dia pandai di bidang ilmu agama dan tata keprajan (pemerintahan). Meskipun, di dalam kisah kisah Syekh Siti Jenar, ayahnya, Kebo Kenanga sering disebut murid dari Syekh Siti Jenar yang kontroversial versi kalangan muslim yang antitasawuf.
Ada banyak jenis makanan dan minuman yang populer di zaman sekarang seperti Dawet dan Gudeg dipandang makanan dan minuman kelas murahan yang dijual di pinggir pinggir jalan. Pada masanya, makanan dan minuman jenis Dawet dan Gudeg tersebut hanya disajikan bagi kalangan istana. Artinya, makanan dan minuman tersebut termasuk istimewa dan berkelas. Sama seperti zaman sekarang kalua ada orang yang makan roti dan minum susu. Sementara minum minuman keras yang mahal harganya belum tentu dipandang berkelas. Dengan kata lain, berkelas tidaknya jenis jenis makanan dan minuman tergantung tempat dan waktu penyajiannya.
Hampir semua pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur menisbatkan diri kepada Jaka Tingkir alias Sultan Hadiwijaya tersebut. Artinya, ia memang sosok yang dihormati. Pesantren Kajen, Pesantren Langitan, Pesantren Tebuireng, dan Pesantren Ploso menarik garis silsilah keturunan mereka kepada Jaka Tingkir ini. Di samping Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta tetap menghormati sosok ini. Begitu pula, Keraton Arosbaya di Bangkalan Madura.
Yang menjadi masalah sebenarnya, Jaka Tingkir adalah tokoh yang sudah terlanjur merakyat sehingga Ketika masuk ke dalam lirik lagu pun menjadi masalah.