Sains tidak membutuhkan mistisisme, begitu juga sebaliknya mistisisme tidak membutuhkan sains; tetapi manusia membutuhkan keduanya
(Fritjof Capra, lahir 1939).
Agama Tidak Identik dengan Mistisme
Segala sesuatu yang tidak memiliki fakta dan data di dunia, maka akan dianggap mitos. Sehingga sangat mungkin untuk dikatakan untuk tidak percaya kepada Tuhan. Dalam sejarah Al Quran, Nabi Muhammad saw pernah ditanya tentang ruh. Maka, turun surat Al Isra ayat 85;
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
Ketika mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.
Misteri tentang ruh ini tidak bisa diungkapkan sehingga hanya sebatas pada psikologi (gejala kejiwaan) saja.
Namun demikian, tidak bisa tersentuhnya persoalan ruh oleh akal bukan berarti agama tidak bisa menjawabnya. Jawaban agama adalah ruh adalah urusan Tuhan, bukan urusan manusia. Manusia hanya diberi sedikit pengetahuan tentangnya.
Logika sebab akibat menjadi salah satu kunci pembuka sains untuk mengungkapkan misteri. Benda jatuh karena disebabkan oleh tarikan gravitasi. Tapi, agama menjawab, “benda jatuh karena ada yang menjatuhkan”.
Ruh Tak Tersentuh Sains
Persoalan ruh memang rumit. Sehingga Nabi Muhammad saw pun diperintahkan untuk tidak banyak bertanya tentangnya, kecuali sedikit. Padahal, ruhlah yang menggerakkan segalanya.
Oleh karena itu, sains tidak membahas tentang ruh karena di luar jangkauan penelitian dan ekspedisi pengetahuan manusia. Ruh hanya dikabarkan kepada orang orang pilihan.
Namun, bukan berarti bahasan ruh menjadi mistis. Tidak dibahasnya ruh bukan berarti dengan sendiri ruh itu tidak ada. Tapi, menjadi petunjuk bahwa ruh itu ada.
Dengan demikian, bahasan sains terhadap ruh tidak pernah tersentuh. Sains hanya mampu membahas materi berupa jasad dan immateri berupa jiwa (dilihat dari gejala gejalanya karena masuk dalam kategori logika sebab akibat).
Bagi orang beragama, jasad akan mati, jiwa akan mati, kecuali ruh. Hanya ruh yang bisa disambungkan dengan adanya Tuhan. Dia tidak tampak, tidak kasatmata. Tidak perlu dicari, tapi akan hadir sendiri.
Kewajiban orang beragama adalah mentaati perintah perintah ajarannya, tidak dalam hal hal mistis.