Pagi-pagi, menjelang Subuh, Asep memulai “chatting” bersama Anita.
***
Lalu, Asep membentang sajadah dan sholat Subuh. Dia tak menghiraukan Anita lagi. Ia tak peduli, apakah Anita akan marah ataukah tidak.
Munajat
Ya Allah, betapa aku telah membuatMu marah. Mungkin, Anita benar dan aku yang salah. Selama ini, egoku yang kuanggap Engkau hanyalah nafsu.
Hatiku masih penuh dengan keinginan-keinginan harta. Padahal, Ya Allah.
Setiap hari, Engkau telah limpahkan banyak harta kepadaku. Makananku, nafasku, sawahku, bebekku, ayamku, kucingku, kambingku, rumahku, adikku, istriku, dan ibuku; tak pernah kuanggap sebagai harta darimu.
Itu karena harta di kepalaku cuma duit. Kalau tidak ada duit seperti tidak punya harta, Ya Allah.
Engkau cemburu dan aku telah membuatMu marah. Sehingga Engkau telah melalaikan aku dengan sibuk bergelut kemaksiatan. Sibuk memikirkan diri dan egoku. Aku tak menyadari selama ini, aku lalai sholat, lalai bersedekah, lalai tersenyum pada ibu, adikku, dan istriku adalah bentuk kemarahanMu padaku. Engkau membiarkan aku sendiri terlena. Engkau biarkan bebekku, ayamku, kucingku, padiku, tak terurus. Lalaiku adalah marahMu.
Tapi, aku masih menyia-nyiakan diri. Menganggap egokulah yang paling benar. MembiarkanMu marah padaku.
Ampunilah aku Ya Allah, Engkau yang Maha Cemburu. Tak ingin lagi aku isi hatiku selain Engkau. Padahal, Engkau selalu ada dan hadir untukku melalui mereka. Bebekku, ayamku, kucingku, kambingku, rumahku, adikku, istriku, ibuku.
Maafkan aku Tuhan yang telah membuatMu cemburu.
إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Sungguh sembahyangku, jalanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.