
Semarang-Net26.id Keinginan orang mesantren (mondok di pesantren) itu bermacam-macam, mulai dari ingin menghilangkan kebodohan, belajar mandiri, menghindari kenakalan lingkungan, hingga frustasi karena bangkrut. Tidak sedikit, pengusaha-pengusaha yang pernah menduduki puncak kejayaan kemudian bangkrut, lalu mendatangi atau sowan kepada seorang kiai. Meminta ini dan itu, petunjuk, agar bisa berjaya lagi.

Bagi pengusaha yang berhasil, ia akan ingat asalnya. Tapi, bagi yang tidak, ia akan melupakan bahkan meninggalkan orang yang pernah dengan lapang dada membimbingnya, menapaki tangga kesuksesan lagi.
Keberhasilan ini bukan semata sang pengusaha kembali berjaya seperti sediakala, tapi keberhasilan dirinya untuk selalu mengingat sang kiai yang polos, ikhlas, dalam membimbingnya. Kesuksesan yang sudah seharusnya tempatnya berterima kasih. Pada asal, ia diberi petunjuk untuk memulai ikhtiarnya.
Begitu pula, dengan sosok Syekh Puji, pengusaha sukses yang mendapat titipan harta melimpah. Berkat tawadhunya kepada Mbah Mad (KH Ahmad Abdul Haq), ia yang pernah bangkrut kembali dapat sukses dan berhasil lebih sukses lagi. Tidak saja dari segi materi, bahkan mendirikan pondok pesantren. Dikisahkan oleh KH Khamim Mustofa Zb;

Pujiono, pengusaha yang terkenal dengan nama Syekh Puji Semarang, mewakafkan tanah untuk Pesantren Lirboyo. Iktikad ini tampak dari pelaksanaan ikrar wakaf atas tanah tersebut yang diadakan pada Selasa (19/7/2022) di kediamannya, Pondok Pesantren Miftahul Jannah Pujiono di Desa Bedono, Kabupaten Semarang. Wakaf tersebut diterima langsung oleh KH Athoílah Sholahuddin Anwar mewakili zuriah Pesantren Lirboyo, disaksikan para zuriah muda Pesantren Lirboyo dan Himasal Temanggung, Magelang, dan Semarang.
Syekh Puji mengisahkan. Dahulu tahun 90an, sewaktu usahanya kolaps, Syekh Puji sowan kepada Rama Kiai Ahmad Abdul Haq Watucongol. Ia ‘sambat’ kalau sisa uang hasil usahanya ingin dijadikan bekal mesantren ke Lirboyo saja. Harapannya, kelak bisa menjadi kiai, mubaligh terkenal, punya pondok dan santri banyak.

Alih alih dapat restu dan doa, Mbah Mad malah menertawakan Syekh Puji.
“Sampean kui ora potongan kiai! Sampean ki wes tuwo! Sesuk gawekne pondok wae!” dawuhe Mbah Mad waktu itu. Lalu, Mbah Mad mendoakan Syekh Puji dengan doa “Allohumma Kitra Kitri….”; dan menyuruh Syekh Puji untuk sowan ke Pesantren Lirboyo dan Ploso.
”Alhamdulillah, barokahe kai-kai sepuh, gus, gunung wae nganti tak tuku,” gojegan Syekh Puji kepada Kiai Johar Manik, sembari terkekeh-kekeh.
Demikian, Syekh Puji dengan keluguannya karena sempat viral pada beberapa tahun silam, telah berhasil menunaikan janji-janjinya kepada parakiai sepuh yang dulu pernah membimbingnya.