Banyak kata, ungkapan, dan kalimat dalam medsos yang perlu dibaca ulang dan dilihat konteksnya agar terhindar dari gagal paham.
Para leluhur Wakadol sudah memberikan contoh klasik ungkapan yang perlu dipahami secara kontekstual seperti kalimat jebakan, “babi haram, kok para ustadz mengasuh anaknya (versi jawa: babi jare pak kiai haram, ganing ustadz ngingu anake). Atau khamar itu haram, kok pak ustadz minum? Dan lain-lain. Anak dan minum gak ada hubungan dengan status babi dan khamar. Kalimat jebakan versi modern sangat canggih dan rasional tapi tujuannya jebakan. Waspadalah!
10 April 2020
Ketika orang merasa galau, biasanya mereka bicaranya meracau, bahkan terkesan pikirannya kacau, sehingga semuanya akan dilihat dengan jikalau, sebaiknya ia belajar kepada sang bangau, tetap tenang tanpa banyak berkicau, justru lebih banyak menyelam di danau, agar mendapatkan kejernihan air danau, membuyarkan pikiran yang kacau balau; atau ia berguru kepada harimau atau kerbau, keduanya binatang yang menghindari silau, dalam kesendirian mencari makan tanpa hirau; atau sebaiknya mereka belajar kepada orang tidur mengigau, biarkan alam bawah sadar meracau, setelah bangun tidur kembali siap menjadi engkau, maka sebaiknya kembali menata dikau, dengan penuh percaya rahmat Tuhan tanpa risau; semua hal telah tercatat dalam masa lampau, maka sewajarnya jangan menggunakan bahasa jikalau, karena engkau akan kecewa dan kembali galau, sebaiknya perbanyak memakai kata walau; hal ini untuk menegaskan jatidiri engkau, sehingga mudah menerima berbagai situasi sekalipun kacau balau, karena itulah yang mesti setiap hari dihadapi engkau; maka tetap tenang dan sabar bagaikan bangau, kuat dan kekar bagaikan harimau, atau tetap biarkan dirimu dalan tidur mengigau, untuk mengurangi beban hati yang galau; atau biarkan dirimu semedi untuk berdamai dengan segala yang kacau, setelah itu kuatkan dirimu agar punya vaksin galau, dengan demikian dapat menyesuaikan diri dalam semua keadaan yang menyulitkan dikau; semoga hidupmu siap setiap musim hujan maupun kemarau; semua itu tidak harus dihalau, tetapi tetap melakukan kepada sesama dan hirau, jangan mudah engkau berteriak, “Wadau!”
30 Maret 2021.
Ibadah yang sesuai nafsu manusia adalah menikah, hal ini merupakan peristiwa yang alamiah, maka wajar banyak manusia memprioritaskan urusan syahwat yang indah, walau terkadang harus ada yang mengutamakan kuliah, sehingga segolongan pemuda ada yang menempuh jalur tengah; walaupun tentu lebih banyak yang menikah sebagai hal yang lumrah, hal ini menegaskan nilai pentingnya terhindar dari zina, apalagi dalam Islam termasuk mengikuti sunnah para rasulillah; setelah terjadi peristiwa akad nikah sesuai tuntunan sunnah, maka kedua insan berlainan jenis tinggal dalam satu rumah, mereka pun mulai merancang kehidupan yang sakinah. Allah Subhanahu wa Taala telah memberi modal mawaddah wa rahmah. Maka, sejatinya agar sakinah adalah mudah, pondasi utama berkeluarga niatnya harus lillah; selanjutnya bersama pasangan ibadahnya Istiqamah. Pondasi lainnya satu sama lain mengutamakan akhlakul karimah, yang tidak boleh dilupakan adalah memulai sesuatu dengan bismillah. Insyaallah, anak-anak keturunannya saleh salehah, tentu saja rezeki yang didapat harus halalan dan thayibah. Bila dalam perjalanan rumah tangga terkena masalah, maka jalur utamanya adalah musyawarah; bila suatu ketika seorang lelaki melihat wanita lain begitu bergairah, kata Sang Nabi segeralah pulang ke rumah, menyalurkan hasrat birahi yang bernilai sedekah dan ibadah; atau bila suatu ketika timbul hasrat untuk menambah, karena banyak yang mempromosikan sebagai sunnah, maka ingatlah kebaikan dan kesusahan istri yang di rumah; atau ingatlah kehidupan masa depan agar husnul khatimah; memang yang demikian tidaklah mudah, karena semua itu adalah alamiah dan sudah menjadi tren latah. Hanya saja, apakah ini memang sesuai dengan diri ini yang lemah, walau tidak memungkiri semua itu ada dalam sejarah, maka silakan pilih jalan yang sesuai sunnah dan maslahah, asal jangan sampai mengabaikan perempuan yang tercipta dari tulang rusuk yang mudah patah, karena endingnya bukan malah maslahah, bisa jadi justru engkau semakin parah, karena terobsesi semata gairah. Padahal, semakin berumur tubuh pun akan melemah, maka kembalilah kepada hakekat insan fitrah yang mampu memilih dan memilah agar hidup semata mengharap berkah dan maslahah. Semoga kita selalu mengabdi kepada Tuhan dengan sepenuh pasrah, karena keselamatan hanya mengandalkan rahmat Tuhan Yang Maha Berkah; kepadaNya kita selalu memohon ridla dan Jannah.
2 April 2021.