Sedikit sekali santri yang mempunyai keahlian menulis indah “kaligrafi”i ni, diantara yang sedikit itu ada dua nama yang paling mencolok di Pondok Pesantren Madrasatul Quran (PPMQ) Tebuireng pada kurun 1994 hingga 2010.
Nama yang pertama adalah Mohammad Fahmi. Pria murah senyum ini belajar kaligrafi secara otodidak. Sejak dari kecil, ia sudah menyukai kaligrafi dan semakin matang manakala mesantren di MQ Tebuireng. Fahmi demikian panggilannya sering juga mengikuti ajang Musabaqah Tilawati Quran pada cabang Musabaqah Khottil Quran (MKhQ) di berbagai tingkatan.
Karyanya bertebaran di mana-mana, sebelum era media komputer merajalela. Beberapa kitab karangan guru-guru banyak sekali yang ditulis olehnya diantaranya “I’robul Muyassar” karya KH Abdul Kholiq Hasan, “Buku Panduan Qiraah” karya Allahumma yarham K.H. Masyhuri Azhar, “Kitab Tajwid Pesantren” hingga buku-buku saku semacam wirid, istighasah, dan tahlil.
Indahnya tulisan “background” di setiap acara wisuda hafidh, hiasan kaligrafi yang ada di tembok kamar dan asrama juga tak lepas dari sentuhan dan goresan tangannya.
Kini, Fahmi telah kembali ke daerah asalnya, mengabdi kepada negara dengan menjadi guru pegawai negeri sipil di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kaimana, Papua Barat. Sembari mengkader anak-anak di daerahnya agar mahir menulis kaligrafi seperti dirinya dengan belajar secara cuma-cuma.
Nama yang kedua adalah Fahmi yang berasal dari Tegal, Muhammad Faizin. Pribadi humoris ini mengaku belajar kaligrafi ketika mesantren di MQ Tebuireng. Tak jauh berbeda dengan Fahmi, karya-karyanya banyak sekali, mulai dari penulisan kitab hingga hiasan-hiasan di berbagai tempat termasuk “background” wisuda hafidh.
Pengabdiannya yang lama di pesantren telah membuat Faizin berkesempatan mencari bibit-bibit kaligrafer muda untuk dibina menjadi kaligrafer-kaligrafer handal, yang kelak dikemudian hari menjadi penerusnya di pesantren.
Setelah boyong pulang ke rumah dari pesantren MQ Tebuireng, Faizin menjadi pengasuh Pesantren Al-Hikmah di Desa Dukuhlo, Lebaksiu, Tegal. Kecintaannya terhadap kaligrafi kini telah ditularkan pula kepada santri-santrinya.
Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng sangat peduli dengan kelestarian seni menulis indah ini. Hal ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah melakukan pembinaan yang dilakukan oleh Departemen Pengembangan Bakat dan Minat serta Musabaqah Khattil Qur’an yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Pesantren. Sebuah wadah organisasi di bawah kepengurusan Majlis Tarbiyah wat Ta’lim (MTT) dalam lingkungan pesantren.
Usaha lainnya adalah segala bentuk tulisan “background” dalam berbagai kegiatan, mulai dari tingkat kamar hingga pusat. Semuanya hasil dari karya tangan langsung para pecinta seni kaligrafi, meskipun media “banner” lebih praktis dan murah.