Kiprahnya di dunia pergerakan tidak bisa dianggap remeh. Melanglang buana semasa remaja telah menempa dirinya untuk memahami dunia penuh intrik tersebut. Kesan tenang, penuh perhitungan, dan tidak ambisius juga mengarahkan dirinya untuk lebih matang dalam memajukan organisasi.
Kesukaannya pada olahraga sepakbola cukup mengasah instingnya dalam menjaga ritme sebuah organisasi. Tidak mudah putus asa dan larut dalam ritme permainan lawan. Sportivitasnya selalu terjaga meskipun dalam kondisi tertekan.
Kata-katanya memotivasi. Dia dapat menahan perasaan manakala tim kerjanya mulai kedodoran. Bahasanya yang santun dapat menarik perhatian lawan bicara.
Kedekatannya pada organisasi NU ditunjukkannya melalui pembuktian membaktikan diri pada para kyai. Sehingga dalam interaksinya, Vanto, demikian sapaan akrabnya, sangat mengenal dan paham pada kultur yang terbangun di atas unggah-ungguh itu. Melayani keperluan para kyai bukan sesuatu yang asing baginya. Dalam beberapa event pengajian dan bakti sosial, Vanto bisa menjadi yang terdepan.
Konsisten Percaya Gus Dur
Perjalanan karir Vanto berawal dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND). Sebuah organisasi yang konsisten mendorong laju perubahan dan reformasi pada 1998. Sebagaimana dilansir dari lmnd.or.id, LMND adalah “organisasi mahasiswa progresif yang didirikan bersamaan dengan gelombang perjuangan menggulingkan rejim Orde Baru hingga pada tuntutan penuntasan agenda reformasi; penghancuran sisa-sisa kekuatan Orde Baru, demokratisasi dalam segala aspek politik, ekonomi dan budaya, serta pembentukan Pemerintahan Rakyat.”
Komitmen berdemokrasi telah mendorong idealisme sebuah gerakan perubahan, meskipun dalam beberapa kasus perjalanan mengalami pasung surut dan maju mundur dari serangan-serangan imperialisme global. Hal ini mendorong “LMND bersama komite aksi yang dipayunginya aktif dalam perjuangan menuntaskan Reformasi; Menolak SI MPR, Pengadilan terhadap Soeharto, hingga penolakan terhadap RUU PKB.”
Bagi LMND, Gus Dur adalah “seorang demokrat-reformis yang bersikap gradual, terutama dalam bersikap terhadap manuver-manuver politik yang dilakukan sisa-sisa kekuatan Orde Baru, maupun Poros Tengah yang dirancang oleh sayap oportunis di parlemen.”
Dari sikap keras Gus Dur dalam upaya “membersihkan sisa-sisa Orde Baru, dengan mengadili Soeharto, merespon tuntutan pembubaran Golkar, serta menghapuskan dwi-fungsi ABRI.
Langkah ini mendapat perlawanan dari kelompok reaksioner; sisa-sisa Orde Baru dan Poros Tengah yang oportunis. Pada saat Gus Dur bergerak menghadapi sisa-sisa Orde Baru dan berupaya mendemokratiskan kehidupan politik mendapat tantangan dari koalisi besar sisa-sisa Orde Baru dan Poros Tengah, maka LMND bersama beberapa kelompok radikal dari gerakan mahasiswa, buruh, dan petani berada di garis depan pendukung Gus Dur.”
Kendati demikian, “sikap gradual Gus Dur menyebabkan ia tidak dapat mengendalikan situasi, dan akhirnya tergulingkan. Reformasi akhirnya dipukul mundur, dan kekuatan lama (sisa-sisa orde baru) merestorasi diri.”
Kini, obsesi Vanto kembali kepada gerakan akar rumput yang telah dibangun oleh Gus Dur. Ia masih terus bergelut dan merajut tali silaturahim yang merekatkan pada kehidupan nyata demokrasi, jama’ah. “Selamat Hari Lahir IPNU!”
Penulis: Goesd
Editor: Goesd.