Secara sosial, thariqah Al Syadziliyah bersifat komunal, komunitas. Tidak dalam kondisi individual. Sehingga mudah dikenali oleh kalangan masyarakat awam. Bahkan, tidak jarang ada yang berpendapat: thariqah ini bersifat vulgar dan demonstratif. Berlaku dalam kegiatan-kegiatan tradisi masyarakat seperti jama’ah Yasinan, jama’ah Sholawatan, jama’ah Khatm Al Quran, mudawamah kitab, dan lain-lain. Maka, sering masyarakat awam tidak menyadari mereka telah masuk ke dalam lingkaran thariqah Al Syadziliyah ini, tanpa harus dikatakan sebagai pengikut dan pengamal. Hal ini pula yang dapat dibedakan dengan thariqah-thariqah lain, yang menekankan aspek individual. Karena sifat keterbukaan ini, thariqah Al Syadziliyah dapat diketahui sebagai thariqah moderat.
Namun demikian, bukan berarti thariqah ini tidak memiliki ciri khas yang mendasar sebagaimana thariqah-thariqah lain, terutama tertib zikirnya.
Ciri khas mendasar thariqah Al Syadziliyah ini adalah mengamalkan prinsip filosofis Al Tajalli, Al Tahalli, dan Al Takhalli. Prinsip ini terejawantah ke dalam zikir istighfar, sholawat, dan tahlil (لااله الا الله). Masing-masing dibaca 100 kali setiap habis sholat Maghrib dan Subuh. Filosofi ini secara sederhana dapat diibaratkan laksana menguras sebuah gentong dengan melakukan istighfar, mengisinya dengan sholawat, serta memancarkannya dengan tahlil. Jadi, tubuh (jiwa dan raga) ini ibarat sebuah gentong yang senantiasa harus dibersihkan, diisi, sehingga berproyeksi (memancar).
Prinsip dasar thariqah Al Syadziliyah sangat dipengaruhi oleh Imam Al Ghazali (wafat 1111 Masehi) dan Sayyid Syekh Abu Thalib Muhammad ibn Ali Al Makki (wafat 996 Masehi di Baghdad). Sebagaimana dinasehatkan Sayyid Syekh Abu Al Hasan Ali Al Syadzili, “Kalau kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, karenanya sampaikanlah lewat (rokok) Sisa dari pembakaran Hamid Al Ghazali”. Pada nasehat lain dikatakan, “Kitab Ihya’ Ulum Al Din (karya Al Ghazali) mewarisi Anda ilmu sementara Qut Al Qulub (karya Al Makki) mewarisi Anda cahaya.”
Teknik dasar zikir dengan istighfar, sholawat, dan tahlil ini yang dipakai oleh thariqah-thariqah sesudahnya yang kemudian berdiri sendiri. Amalan dasar mereka sama dengan thariqah Al Syadziliyah meskipun terdapat variasi-variasi tersendiri. Thariqah-thariqah yang mengikuti jalan thariqah Al Syadziliyah ini diantaranya adalah thariqah Al Qasimiyah, thariqah Al Madaniyah, thariqah Al Idrisiyah, thariqah Al Salamiyah, thariqah Al Handusiyah, thariqah Al Qauqajiyah, thariqah Al Faidiyah, thariqah Al Jauhariyah, thariqah Al Wafaiyah, thariqah Al Azmiyah, thariqah Al Hamidiyyah, thariqah Al Faisiyyah, thariqah Al Hasyimiyah, dan
thariqah ‘Alawiyah.
Demikian pula thariqah Al Sammaniyah dan thariqah Al Tijaniyah.
Salah satu cabang thariqah Al Syadziliyah dan cukup berkembang di Indonesia adalah thariqah Syadzili Darqawi Habib Al Hashimi yang bermarkas di Yogyakarta.
Cirebon, 1 April 2022.