Rasa cinta terhadap Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari, sahabat-sahabatnya, dan NU tidak ada salahnya diungkapkan. Setiap habis sholat Al Maktubah atau pada setiap momen tertentu bisa bertawasul kepada mereka. Memang, belum ada penjelasan tertulis tentang fatwa Beliau yang membolehkan diadakannya peringatan tahunan kewafatan (haul) beliau. Secara lisan atau tradisi tahunan di Pesantren Tebuireng memang tidak pernah ada. Kalaupun ada, itu haul Masyayikh yang lain seperti Allahumma Yarham KH Abdurrahman Wahid, yang diselenggarakan rutin setiap tahun, baik di Pesantren Tebuireng sendiri maupun di tempat-tempat berbeda (Ciganjur dan lain-lain).
Kisah Unik Haul Hadratussyekh
Haul Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari pernah diselenggarakan sekitar tahun 1991an atas prakarsa sebuah majelis semaan Al Quran. Kala itu, diadakan pembacaan Al Quran “bi Al ghaib” oleh qari-qari pilihan. Seusai semaan, seusai sholat Maghrib, dilanjutkan dengan acara zikir dan tawasulan yang dipimpin langsung oleh seorang kiai. Namun, pas acara zikir tersebut berlangsung, petir besar menyambar “sound system”. Dalam seketika, sang kiai membaca surat Al Fatihah untuk Hadratussyekh sebagai tanda permohonan maaf. Sejak malam itu hingga sekarang, Haul untuk Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari tidak pernah lagi diadakan.
Kisah ini tidak akan ditulis senyampang diketahui umum untuk sama-sama menghormat Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari dan sang kiai. Namun, sebagai klarifikasi bagi yang belum tahu agar tidak menimbulkan fitnah di kemudian hari.
Bedug dan Menghormati Pendapat
Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari adalah pribadi yang kuat berpegang pada prinsip-prinsip fiqh Al Syafi’iyah. Sangat menghindari perkara-perkara yang bakal menimbulkan polemik. Termasuk thariqah, Hadratussyekh tidak menjadi mursyid tertentu sebagaimana diamalkan warga NU pada umumnya.
Namun, dalam hal perbedaan pendapat, Beliau sangat menghormati. Seperti pada persoalan bedug. Di Pesantren Tebuireng terdapat bedug, tapi tidak dibunyikan. Hal ini karena Beliau tidak memperkenankan penabuhan bedug. Tapi, bedug tersebut digunakan untuk menghormati kiai-kiai lain yang memperbolehkan penabuhan bedug seperti kolega dan sahabatnya, sekaligus Wakil Rois Aam PBNU pada masanya, KH Abdullah Faqih Maskumambang. Demikian pula, pada prinsip-prinsip khilafiyah fiqhiyah lainnya.
Keutamaan Ilmu
Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari sangat mencintai ilmu dan kedisiplinan. Beliau memiliki sebatang tongkat yang digunakan untuk menegur santri-santrinya. Keutamaan Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari adalah sebagai Guru Besar Hadis. Tidak hanya santri-santri beliau yang turut mengaji hadis kepada beliau. Bahkan, kiai-kiai dan gurunya sendiri, Al Mukarram Hadratussyekh KHM Kholil Bangkalan, turut mengaji hadis kepada beliau.
Bila ingin mengetahui thariqah dan manhaj Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari cukup baca saja Qonun Asasi NU yang beliau tulis sendiri.
Terakhir, Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari tidak ingin ada kultus individu terhadap dirinya sehingga tidak ada pesan Haul untuk beliau. Masih ada banyak cara untuk mencintai beliau.
Cirebon, 9 April 2022.