Pada fase pandemi ini, istilah “karantina” menjadi penting. Ketika terdapat wabah yang seharusnya sejak awal sudah bisa dilokalisir, justeru malah dibiarkan meluas. Kecenderungan ini yang kerap tidak disadari dan menunjukkan kelemahan.
Tapi, memang sudah watak dan kebiasaan, langkah-langkah pembiaran demikian telah memberi catatan lebih dari 602 orang kiai yang wafat. Itupun yang tercatat resmi di PBNU.
Memang sering, konflik internal sebuah keluarga harus melibatkan tetangga dekat maupun jauh untuk atas nama ketidakmampuan diri di dalam mengelola persoalan. Manajemen konfliknya lemah sehingga sering pula luapan demi luapan emosi tak terkendali, persoalan lokal menjadi problem nasional.
Namun, setidaknya, pondok pesantren dapat memberi contoh. Selama ini, pondok pesantren mampu meredam konflik internal, begitu juga dengan wabah. Kesan-kesan tidak kagetan dalam menghadapi persoalan dapat menjadi bahan renungan. Jika menonton film kungfu Jacky Chen, ada satu pesan yang dapat diambil “Hadapi perubahan dengan tenang”. Jangan reaktif apalagi terjebak pada pola permainan lawan. Jurus seribu bayangan yang diciptakan oleh lawan akan mampu mengecoh konsentrasi, di saat seperti itu serangan telak dapat masuk dengan cepat dan tiba-tiba.
Tapi, memang tidak mudah untuk tidak panik. Apalagi baru sekali terjadi. Meskipun sudah sering disuarakan, kepanikan adalah separuh penyakit. Dan, ketenangan adalah separuh obat. Sabar adalah awal dari kesembuhan.
Dalam pesan tahun baru 1 Muharam 1423 Hijriyah, Ketua Umum PBNU, K.H. Prof. Dr. Said Aqil Siroj memberi sikap agar warga Nahdliyin di segala lapisan untuk segera berbenah diri. “Kita harus menjadi leader transformasi digital. Harus menjadi ekosistem Nahdliyin yang kokoh, mandiri, berdaulat, berdaya saing, dan berdaya tawar tinggi. Segera mempercepat taqwiyatul jam’iyyah wal jama’ah, dan ukhuwah diniyah Islamiyah, dan ukhuwah wathoniyah, ukhuwah insaniyah ‘alamiyah. Segera ambil alih peran setrategis kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, politik, iptek, dan keamanan, Perkokoh kedaulatan dengan syiar Islam di Indonesia dengan spirit Islam Nusantara yang ramah, damai, dan toleran di kalangan online maupun offline.