Nyadran atau Ruwahan adalah tradisi yang telah berjalan secara turun temurun sejak Islam dikenal dan dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Tradisi ini biasa diselenggarakan pada tiap-tiap waktu menjelang bulan puasa. Sebagian masyarakat, terutama di desa-desa, mengadakan acara selamatan atau kenduri di rumah masing-masing secara bergiliran dengan membaca surat Yasin dan Tahlil. Tapi, di sebagian besar masyarakat pulau Jawa, kegiatan tersebut justru diselenggarakan di sekitar makam dengan cara mendirikan tenda dan menggelar tikar. Kegiatan ini bisa lebih ramai daripada hari raya Idul Fitri, karena bisa dihadiri oleh sanak keluarga dan anak cucu dari tempat yang jauh, baik dari dalam maupun luar negeri. Berikut adalah acara Haul KHMA Juweni yang diselenggarakan bulan Sya’ban. (Redaksi).
***
KHMA Juweni, merupakan ulama yang kharismatik dan dalam keilmuan agamamya. Yang saya tahu, semasa kecil ketika saya main ke dalemnya (biasanya nunggu Oji, putra ragil KHMA Juweni, sekarang jadi Komisaris Independen Pegadaian) hampir pasti beliau mutalaah kitab kitab sambil sesekali menulis cuplikan cuplikan penting dalam kitab yang beliau baca.
Dan di setiap pengajian yang beliau ampu, pada bagian ahir beliau pasti memberikan doa tertentu kepada jamaah untuk diamalkan. Doa biasanya beliau ambil dari kitab Al Adzkar.
Hal inipun tidak jauh berbeda dengan mbahku, KH Jamil, Ngemplak Sidomulyo Purworejo, dan atau Kiai Abdullah Utsman, Tlogokotes Bagelen Purworejo, beliau berdua punya kesadaran sangat besar untuk membaca, mutalaah dan menjadikan rujukan atau maraji’ dalam setiap langkah pengajian yang beliau ampu. Mbah Jamil sering menjadikan Ihya Ulumuddin sebagai “maraji'” dalam membina umat.
Narasi di atas adalah contoh nyata kesadaran literasi yang kuat tertanam pada diri parasantri di pesantrèn-pesantren kita. Kebiasaan membaca dan membaca banyak kitab menjadi kekuatan mereka. Sehingga seorang santri ketika kembali ke masyarakat tidak akan gamang apalagi bingung menghadapi problem.
Tradisi pesantren ini didukung pula dengan program Bahtsul Masail yang dihelat pada tiap bulan. Olah pikir dengan memberi solusi terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam masyarakat; menjadi daya pemantik bagi santri untuk memperluas; memperdalam dan solusi yang nyata.
Dengan keilmuan yang santri pelajari seperti Nahwu, Saraf, Balaghah, Mantiq, Tarikh Tasri’, Ulumul Qur’an, Falaq, Tafsir, Hadits, Ushul Fiqh dan lain-lain adalah bekal bagi santri dalam menghadapi tantangan jaman yang semakin ruwet dan komplek ini.
Hari ini Haul KHMA Juweni, yang ke 24
Semoga maghfiroh Allah SWT selalu menyelimuti beliau dan beliau menjadi Ahl Al Jannah.
Panjaitan, 26 Maret 2022