Prof. Nugroho Notosusanto, penulis buku Sejarah Nasional Indonesia, menyebutkan Sima sebagai wilayah otonom yang sudah ada sejak masa kerajaan muncul di Nusantara. Sebutan Ratu Sima yang berkuasa di kerajaan Medangkemulan, belum benar-benar diteliti secara serius karena sebab keterbatasan informasi dan data: bagaimana gambaran model kerajaan yang dibentuk dan bagaimana status sosialnya? Bisa jadi, nama Sima merepresentasikan seorang penguasa komunitas ruhani yang memiliki perlengkapan sebagai syarat sebuah kerajaan seperti adanya punggawa, menteri, dan pejabat-pejabat negara lainnya. Di samping, sejarawan-sejarawan setiap melukiskan gambaran model kerajaan di Nusantara cenderung bersifat struktural dengan mengabaikan analisis sejarah sosial pada masanya. Apakah kerajaan pada abad-abad ke-7, ke-8, ke-9, sudah mengenal kelengkapan struktur kerajaan yang lengkap seperti pada masa modern? Sementara hingga sekarang masih dapat dijumpai: bagaimana sistem sosial yang longgar. Sistem yang mengandalkan adanya patron seorang kepala suku. Sejarah demikian tidak banyak dipelajari dan cenderung melihat sejarah sebagaimana yang mereka pikirkan dan mereka inginkan.
Demikian pula, sebuah model dan sistem pendidikan yang diterima dari luar. Apakah model dan sistem pendidikan di Nusantara benar-benar mengadopsi model-model pendidikan dari luar, seperti model pendidikan India yang menggunakan sistem asrama atau madrasah sebagaimana model pendidikan muslim-Arab? Tidak ada gambaran sejarah yang lengkap, kecuali sistem sekolah yang diperkenalkan oleh Belanda hingga sekarang menjadi top model bagi pendidikan di Indonesia.
Kedatangan ajaran Islam ke Nusantara yang datang dari belahan Jazirah Arab tentu tidak membawa sebuah model dan sistem baku sebuah lembaga pendidikan. Ulama-ulama yang dikenal masyarakat sebagai orang suci (saint, wali) berdakwah dan membuat sebuah lembaga pendidikan dengan “menumpang” pada sistem yang sudah ada. Dikatakan menumpang dengan tanda kutip, model dan sistem pendidikan di Nusantara sudah memiliki model dan sistem tradisi yang sudah hidup sebagaimana Sima tersebut di atas. Lalu, bagaimanakah konsep Sima sebagai sebuah lembaga pendidikan yang kemudian menjadi role model ulama-ulama ketika membumikan ajaran Islam? Ada banyak unsur pembentuk yang dapat digunakan sebagai medan analisis untuk menjadikan pesantren sebagai sebuah konsep pendidikan. Bukan konsep yang tiba-tiba hadir tanpa melibatkan analisis historis.