• Terbaru
  • Populer

Di Balik Omong Kosong Tentang Peradaban

31 Agustus 2022

Puisi Puisi Hasyim Wahid

22 Maret 2023

100 Hari Wafat Remy Sylado

19 Maret 2023

Memanusiakan Teks Al Quran ke dalam Tafsir Aktual

10 Maret 2023

Belajar Tauhid kepada Syekh Muhammad Nafis Al Banjari (V)

7 Maret 2023

Proyek Proyek Melatinkan Karya Karya Sastra di Indonesia

2 Maret 2023

Dari Kata untuk Manusia dalam “Ruang Renung Rara”

28 Februari 2023

Menerjemah Nilai Nilai Kemanusiaan August Strindberg di Indonesia

28 Januari 2023

Pedas! Anggota IKAPETE yang Tak Mau Berjuang di Masyarakat, Diminta Berhenti!

23 Januari 2023

Buya Syakur dan Buya Husein sebagai Tipikal Intelektual Timur dan Barat

11 Januari 2023

Keprihatin Buya Husein Muhammad pada Aspek Budaya

9 Januari 2023

Mazhab Syafi’i: Dari Mekah, Baghdad, hingga ke Mesir

27 Desember 2022

Mazhab Maliki: Dari Madinah, Damaskus, hingga ke Cordova

26 Desember 2022
  • Susunan Redaksi
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
Kamis, 23 Maret 2023
No Result
View All Result
Net26.id
  • Login
  • Register
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
No Result
View All Result
Net26.id
Beranda Pendidikan dan Wisata

Di Balik Omong Kosong Tentang Peradaban

Muhammad Sakdillah Ditulis oleh Muhammad Sakdillah
31 Agustus 2022
dalam Pendidikan dan Wisata
A A
232
VIEWS

Sejak beberapa abad silam, umat Islam di seluruh dunia kehilangan anak peradaban yang diagungagungkan, mujtahid. Sejak itu, setelah tertupnya pintu ijtihad (insidad bab al ijtihad), umat Islam dianggap telah memasuki fase kegelapan. Fase muqallid.

Entah, siapakah yang pertama menyebutkan istilah “tertutupnya pintu ijtihad” tersebut? Apakah kalangan umat Islam sendiri? Ataukah dimunculkan oleh kalangan Barat (orientalis)?

ArtikelLainnya

Lemahnya Pesantren di Muka Sekolah Sekolah Umum

30 Agustus 2022
219

Guru yang Tak Lagi Mencerdaskan Muridnya?

17 Agustus 2022
216

Profil Pondok Pesantren Khoirul Huda Sagalaherang

5 Agustus 2022
278

Pendidikan Pesantren: Ketika Dunia Tak Lagi Fakultatif

11 Juli 2022
292

Namun, yang jelas, hingga sekarang, umat Islam masih saja tetap lestari dari memproduksi hukum hukum dengan cara mereka sendiri, kendati masa mujtahid itu telah lama berlalu.

Tentang Mujtahid yang Hilang

Sebagian besar umat Islam menerima fase kehilangan mujtahid tersebut. Apalagi seorang mujtahid mutlak yang dapat mengambil hukum secara langsung dari sumber sumber utama, Al Quran dan hadis.  Namun, yang jelas, khazanah keislaman sesungguhnya telah membumi di seluruh dunia. Hanya saja, ibarat pohon dan buahnya, keislaman tersebut sudah tumbuh dan berbuah, namun tidak ada yang merawat dan diurus. Tidak ada yang memangkas dahan dahan dan dedaunan agar berbuah lebat. Tidak ada yang memupuk, sementara buahnya senantiasa ditunggu jatuhnya. Tidak ada yang mereproduksi buah buahnya menjadi sajian sajian yang bersifat lebih variatif seperti minuman perasan kaleng misalnya. Kalaupun ada, hanya orang orang yang menakik batang pohon tersebut agar mudah dipanjat. Dan, menunggu pohon berbuah yang sedikit itu dari musim ke musim. Sementara pohon itu kian kuat menghujamkan akar akarnya dengan batang yang tokak tokak* menunggu saatnya tumbang.

Ada semangat untuk membudidayakan pohon langka itu.Tapi, masih belum menemukan cara yang tepat. Sementara telah banyak buah buah karbitan lain yang sudah bisa diterima di atas meja dalam seketika.

Untuk membudidayakan dan melestarikan pohon langka itu memang memerlukan strategi tersendiri. Tidak saja dengan cara mempelajari reproduksi buah buah pohon tersebut dalam varian yang beragam, tapi ada tiga ilmu dasar setidaknya yang paling mudah dipelajari bagi kalangan awam: tafsir, susastra, dan sejarah. Sehingga kaum awam tersebut tetap bersemangat untuk tidak sekadar menunggu buah buah jatuh, melainkan mampu membudidayakan pohon pohonnya dengan berbagai cara. Baik dalam menghadapi cuaca sehingga bisa ditanam di setiap tempat dengan kualitas buah yang tak kalah lezatnya dari buah pohon pertama.

Kemajuan hukum Islam di dalam menjawab hampir semua persoalan umat Islam telah menempatkan fiqh sebagai yang utama. Sehingga bisa dikatakan, fiqh adalah induk keilmuan umat Islam. Dan, sejak dini, memang, umat Islam sudah dikenalkan dengan praktik praktik fiqh sehari hari. Sehingga seolah dengan tanpa fiqh tersebut tidak akan bisa masuk surga. Doktrin fiqh ini, baik bagi kalangan mayoritas maupun kalangan dari “Islam anyaran” menjadikan yang utama, bahkan sumber konflik. Misal, hanya persoalan membaca qunut dan tidak pada waktu sholat Subuh, satu kelompok bisa mendirikan masjid baru. Padahal, dengan tafsir, susastra, dan sejarah, umat Islam sudah bisa bercerita. Minimal, kabar atau mitos dari mulut ke mulut. Meskipun, mitos atau fiksi dapat diverifikasi kebenarannya pada “suatu saat”.

Sehingga yang menjadi persoalan sebenarnya adalah rasa enggan untuk “bercerita” atau “menceritakan” kembali. Dari rasa enggan tersebut, muncul rasa apatis untuk mengenal lebih dekat, apalagi hingga mencintai hingga ke sumsum tulang.

Padahal, tafsir, susastra, dan sejarah adalah materi paling mudah untuk menyampaikan “cerita” secara transformatif. Maka, langkah awal untuk keluar dari problem problem umat Islam di dunia pada dasarnya adalah berangkat dari problem problem itu sendiri yang terserak dan tak terawat. Ibarat daun daun yang tak berguna karena tidak dapat menumbuhkan pohon baru. Padahal, melalui rekayasa genetika saat ini, DNA yang dimiliki pohon tersebut dapat dikloning dari daun daunnya.

Demikian pula cerita, tidak bisa diabaikan begitu saja. Suatu saat, akan tumbuh pohon yang lebih konkrit, karena dari cerita cerita tersebut problem problem terkumpul dan terserak.

Gampangnya, banyak kalangan perguruan tinggi yang berbicara teori teori “dekonstruksi” dan “rekonstruksi”, namun tidak tahu yang harus didekonstruksi dan direkonstruksi.

Cerita yang Acap Luput dari Perhatian

Salah satu sosok dari kalangan pesantren yang masih gigih menyuarakan “cerita cerita” keislaman di Indonesia saat ini adalah Abuya Husein Muhammad. Meskipun, orientasi “cerita cerita”nya masih bersifat “mainstream”, wa bilkhusus Turki, Damaskus, dan Mesir. Namun, bakat susastra yang dimiliki Abuya Husein tidak sekadar menceritakan secara gradual dan verbal saja, melainkan kekhasan “subtil” yang terkadang tidak terpikirkan atau sama sekali orang lain tidak menemukan jawabannya. Dari hal subtil tersebut, Abuya terus memberi rangsangan khususnya kepada kalangan muda, baik dari pesantren, akademisi, dan awam dengan memotivasi cerita cerita yang barangkali bisa diterima dan direkonstruksi. Semisal, pandangan pandangan “tabu” tasawuf yang sering “dimusuhi” oleh kalangan fiqh seperti “wihdatul wujud”, dihadirkan oleh Abuya dengan referensi yang tidak bisa disangkal oleh kalangan pesantren sendiri, Ihya Ulum al Din. Bagaimana Imam Al Ghazali berbicara tentang konsep “wihdatul wujud” tersebut dengan tanpa menghadirkan sosok Syekh Al Akbar Ibn Al Arabi yang kontroversi. Begitu pula, bagaimana menghadirkan konsep “wihdatul wujud” tersebut ke dalam realitas sehingga tidak sekadar “wacana” yang mengawang.

Motivasi “cerita” Abuya Husein Muhammad tersebut diantaranya disampaikan di hadapan para mahasantri Ma’had Ali, Pesantren Lirboyo, Kediri, pada Selasa, 30/8/2022. “Pesantren ini hebat,” ungkap Abuya Husein, memuji, “masyhur dan amat keren. Santrinya kini mencapai lebih dari 30 ribu. Ia telah menghasilkan ribuan alumni. Sebagian diantaranya menjadi tokoh ulama besar dan berpengaruh di tingkat Nasional, bahkan di dunia.” Abuya Husein menyebut beberapa nama yang masih melekat dalam ingatannya seperti Mbah Maemun Zubeir, Abuya Dimyati Rois, atau bahkan KHA Mustofa Bisri. “Aku bangga dan merasa terhormat, karena menjadi santri sekaligus bagian dari keluarga besar Pesantren ini,” katanya, merendah.

Kehebatan Pesantren Lirboyo, menurut Abuya Husein, karena memiliki empat dasar keilmua klasik seperti Gramatika bahasa Arab (Nahwu Sharaf), Susastra Arab (Balaghah), logika Aristotelian (Manthiq), dan Metodologi Hukum (Ushul Fiqh dan Qawaid Fiqhiyah). Secara spesifik, Pesantren Lirboyo dikenal, memiliki kekhasan di bidang Gramatika bahasa Arab.

Abuya Husein menambahkan, “Ada satu ilmu atau pengetahuan yang jarang menjadi perhatian pesantren pada umumnya. Padahal ini, menurutku sangat penting bagi proses pengembangan keilmuan. Pengetahuan itu ialah Sejarah Peradaban Islam (Hadlarah Islamiyah). Selain Sirah Nabawiyah dan Tarikh Khulafa al Rasyidin.”

Perhatian Abuya tersebut tentu tidak keluar dari koridor khazanah keislaman. Bagaimanapun, kitab suci Al Quran dan hadis Rasulullah saw adalah sebentuk “cerita cerita” sebelum dibukukan dan disakralkan. Berapa banyak cerita dalam Al Quran yang berbicara tentang sejarah? Begitu pula, berapa banyak hadis yang menceritakan tentang “sejarah” kehidupan Rasulullah saw? Kalaupun ada yang mempersoalkan, apakah Al Quran dan hadis tersebut fiktif, maka hal itu merupakan persoalan akademis yang memiliki fondasi berpikir skeptis untuk meragukan semua yang ada, bahkan termasuk Tuhan. Bukan persoalan umat Islam pada umumnya.

Dari “cerita cerita” tersebut, kemudian lahirlah khazanah keilmuan yang begitu luas yang dihadiahkan untuk umat Islam dan alam semesta.

*bolong tertakik

Tag/kata kunci: PeradabanpesantrenPesantren Lirboyo
Artikel sebelumnya

Lemahnya Pesantren di Muka Sekolah Sekolah Umum

Artikel berikutnya

Jamuniro: Istilah Kata yang Diberikan oleh Gus Mus

Muhammad Sakdillah

Muhammad Sakdillah

A writer and culture activities.

Artikel Lainnya

Kisah Singkat Motivasi Nderes dari Nyai Hanum Michmadhana

23 Juni 2022
306

Banyak santri yang tidak memahami arti murajaah atau nderes (bahasa Jawa). Apalagi kalau sudah menginjak status "penghapal" Al Quran. Sungguh berat...

Selanjutnya

Gus Eko Priyanto: Santri Milenial, Generasi Legends

23 Juni 2022
263

Keterbelakangan informasi, sosial, maupun budaya yang dulu dilekatkan kepada kalangan santri sepertinya hari ini sudah tidak lagi relevan. Mengingat, kemajuan ilmu...

Selanjutnya

Ponpes Al Furqon Dibangun di Atas Pondasi yang Kokoh

22 Juni 2022
248

Ada banyak nama lembaga pendidikan dan pesantren di Indonesia yang menggunakan nama Al Furqon. Namun, tiap lembaga tersebut sudah pasti memiliki...

Selanjutnya

Pak Ud: Sosok yang Sadar Literasi di Tebuireng

3 Juni 2022
324

Era tahun 1980-1990an adalah masa-masa puncak polemik pemikiran antara Pak Ud (KHM Yusuf Hasyim, 1929-2007) dan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid,...

Selanjutnya

KH Jumali Ruslan: Generasi Kiai Ahli Fiqh di Tebuireng

26 Mei 2022
473

Satu ungkapan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, 1940-2009) menyatakan: seorang ahli fiqh biasanya tidak mengajarkan kitab-kitab besar, tapi kitab-kitab kecil. Seorang...

Selanjutnya

Kang Nasir, Santri Tunanetra Penghafal Al Quran

26 Mei 2022
287

Lelaki itu, meskipun dengan tertatih dan meraba-raba, mencari posisi nyaman untuk mendaras Al Quran. Ia sudah hafal seluk beluk pojokan komplek...

Selanjutnya

Hidayatullah, Pesantren dengan Cabang Terbanyak di Indonesia

25 Mei 2022
495

KH Abdullah Said (selanjutnya ditulis Kiai Abdullah, 1945-1998), seorang aktivis dakwah yang lahir di Makassar, berhasil membangun pesantren dengan cabang terbanyak...

Selanjutnya

Cak Dhowie, Abdi Dalem yang Setia hingga Akhir Waktu

24 Mei 2022
376

Lelaki asal Demak itu, Allah yarham, sudah menjadi abdi dalem sejak awal berdiri Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng (MQ Tebuireng), Jombang....

Selanjutnya
Artikel berikutnya

Jamuniro: Istilah Kata yang Diberikan oleh Gus Mus

Sejarah Wali Nusantara (Bagian Satu)

Berlangganan
Connect with
Login
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Notifikasi dari
guest
Connect with
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Net26.id

Kabar-kabar dari dan untuk anak negeri yang merasa menjadi anak Ibu Pertiwi. Kisah-kisah ringan bermutu dan artikel-artikel sarat manfaat.

No Result
View All Result

Pengunjung

  • 45,504

Link Situs

  • Ini Kami
  • Susunan Redaksi
  • Reporter
  • Lembar Penulis
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Facebook
  • Email
  • id ID
    • id ID
    • en EN

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

Sugeng rawuh 🙏😊

Masukkan username dan password

Lupa password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Kembalikan Password

Masukkan username atau alamat email untuk mereset password.

Log In
wpDiscuz
0
0
Yuk diskusikan artikel ini!x
()
x
| Reply