Jika menelusuri ajaran Islam dari jalur thariqah, maka akan lebih gamblang untuk memahaminya agama-agama selain Islam. Karena, jalur thariqah ini bisa dikatakan sebagai jalur historis, sejarah. Perjalanan manusia dan pencapaian spiritualnya. Maka, dari jalur thariqah ini, akan dijumpai suatu pemahaman toleran sebagaimana eksplorasi Syekh Al Akbar Ibnu Arabi (1165-1240 Masehi).
Nama lengkapnya adalah Muhyiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi Al Ta’i.
Ibnu Arabi lahir di Murcia, Spanyol. Pada usia delapan tahun, keluarganya pindah ke Sevilla. Dan, pada 1198, ia pergi belajar ke Fez, Maroko.
Ibnu Arabi lahir ketika Hadarat Al Islam mulai pudar, karena kerajaan besar mulai terpecah menjadi kecil-kecil. Sejarawan menyebutnya sebagai Mulukut Thawaif, masa-masa konflik dan Reconquista. Reconquista (Perang Salib) adalah perebutan wilayah-wilayah dan pelabuhan-pelabuhan strategis oleh suku-bangsa Eropa yang dikuasai oleh kaum muslimin Barber di Eropa, Afrika Utara, dan Asia Barat. Perebutan tersebut diawali oleh Raja Pelayo dari Covadonga pada 722 Masehi ketika ditemukan Benua Amerika yang menimbulkan persaingan.
Dalam suasana tidak tenang karena perang tersebut, Ibnu Arabi mulai berkelana, mendalami ilmu.
Di dalam buku Futuh Al Makkiyah karangannya dijumpainya keterangan perjumpaannya dengan guru-guru sufi, spiritualis lintas agama, dan parafilosof. Ia diberi gelar Syekh Al Akbar karena keluasan ilmu dan pengalamannya. Nama besarnya hanya bisa disejajarkan dengan Imam Al Ghazali (wafat 1111 Masehi).
Di antara agama-agama di dunia, hanya agama Islam dan agama Buddha yang mudah dipahami dan memiliki kemiripan-kemiripan filosofis, meskipun secara syariat (ajaran-ajarannya) memiliki banyak perbedaan. Jika agama Islam mengakui adanya nabi dan rasul, maka agama Buddha tidak demikian.
Hanya pada tingkat spiritual thariqah, agama Buddha dapat dipahami oleh umat Islam. Jika pada Buddha puncak pencapaian spiritual tertinggi adalah Guru Buddha, maka di atas seorang mursyid bagi kalangan thariqah masih ada nabi dan rasul. Pengalaman spiritual Islam tidak berhenti kepada Nabi Muhammad Saw, karena masih ada Allah Taala di atasnya. Sementara kaum Buddha akan berhenti kepada Guru Buddha sebagai puncak wujud kesempurnaan.
Kesamaan yang dapat dilihat dari aspek-aspek sosiologis, kaum muslimin memiliki kelompok mayoritas yang bernama Ahlussunah wal Jama’ah dan kelompok-kelompok minoritas (sekte-sekte atau ordo-ordo) seperti Syiah, murjiah, muktazilah, dan khawarij. Begitu pula, kaum Buddha memiliki ciri mayoritas yang bernaung Mahayana dan minoritas yang bernama Hijayana. Dari kesamaan sosio-psikologis ini, Hadarat Al Islam dapat berkembang di wilayah-wilayah yang pernah menjadi puncak peradaban agama Buddha.
Disinyalir terdapat beberapa situs candi Buddha di dunia seperti di Afghanistan, India, Indonesia, dan Thailand. Di Indonesia, Candi Borobudur adalah yang terbesar hingga sekarang sehingga masuk dalam kategori Keajaiban Dunia yang diakui oleh UNESCO. Namun, ada pula komplek-komplek candi Buddha yang dipandang memiliki luasan terbesar melebihi Candi Borobudur seperti Candi Muaratakus di Riau, Candi Muarajambi, Candi Puncak Dieng, dan terakhir Candi Adan Adan di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.