Puasa memiliki nilai-nilai universal. Tidak hanya agama Islam, hampir semua agama dan kepercayaan memiliki ritual puasa dalam beragam bentuk. Orang Jawa yang tidak puas dengan puasa yang biasa-biasa saja-pagi sampai sore tak makan dan minum-menciptakan puasa sendiri seperti puasa pendem (mengubur diri), puasa ngebleng (tidak tidur), atau (puasa) tapa bisu laksana syariat Nabi Zakaria As. Demikian penting puasa untuk membangun diri.
Orang sering bertanya-tanya, “Apa yang dimaksud dengan tasawuf?”
Dan, banyak kalangan umat Islam sendiri yang mengabaikannya, karena tasawuf hanya berguna bagi orang-orang tua yang sudah menghadapi usia uzur atau menjelang kematian. Padahal, tasawuf dalam arti dasarnya adalah membersihkan diri, jiwa dan tubuh. Ada banyak cara Allah Taala membersihkan hamba-hamba yang dicintainya, diantaranya memasukkan ke dalam neraka.
Namun, hal tersebut sering dianggap simbolik karena akhirat masih jauh. Tidak sekarang di dunia nyata. Hidup di dunia nyata ini harus dinikmati dengan bersenang-senang dan berpoya-poya, lupa daratan.
Ilustrasi manusia dan tasawuf yang paling gampang dimengerti adalah analogi/ibarat sebuah “handphone” pintar. Sebuah “handphone” apabila tidak sering-sering dibersihkan, maka akan berat “loading”nya. Karena, telah dipenuhi oleh kotoran-kotoran, sampah-sampah, atau “chace” menurut Gus Akhi Fadli Ilmi. Maka, berpuasa di bulan Ramadhan adalah momen untuk membersihkan “chace-chace” dalam memori hati, pikiran, dan jiwa setiap muslim.
“Sebuah hadis yang mungkin puluhan atau ratusan kali kita dengar ketika Ramadhan adalah, ‘…diampuni segala dosanya yang lampau.’ Betapa puasa mencoba menggelitik nalar manusia untuk mau bersusah-susah lapar dan menahan keinginan.”
Dari kesusahan lahir batin tersebut, kok, imbalannya cuma diampuni dosa? “Namun pernahkah terlintas, kenapa ‘bayaran’-nya harus diampuni dosanya? Kenapa tidak yang lain, misalnya sebesar pahala haji atau sejenisnya?” tanya Gus Fadli yang kini tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur.
“Karena, hampir seluruh manusia pernah berdosa. Maka, masuk akal jika kemudian, jackpot puasa adalah diampuni segala dosanya.
Seperti halnya handphone, dia akan berat ketika banyak cache-(dosa) yang dibiarkan. dia bisa tetap digunakan, namun akan berat. Mengingat dosa, menurut Gus Baha’, juga bisa memberatkan manusia dalam menuju Allah.
Jadi datanglah Ramadhan -yang sebentar lagi berakhir- untuk menghapus seluruh cache-nya manusia. Agar manusia bisa “reborn” seperti grup musik Padi, terlahir kembali. Agar ringan dalam melangkah. Memulai hidup yang baru. Hingga nanti, Salamun hiya hatta mathla’ al fajr…hingga kedamaian sejati, datang menemuinya.
Tidak ada kebahagiaan atau tujuan terindah dalam hidup, selain mengetahui, bahwa Allah, telah mengampuni dosa-dosa kita, dan meridlai kita- Radhiyallohu anhum wa radhuu ‘anhu.”
Ibarat handphone pintar, setiap muslim kini terlahir kembali setelah “restart”, ringan dan mudah respons-respons baru. Masih ada beberapa puasa lagi yang bisa digunakan agar hati dan jiwa kita senantiasa bersih seperti enam hari puasa Syawal, tiga hari puasa bulan purnama, Senin dan Kamis, hari-hari Tasyriq, bulan Muharam dan Rajab. Meskipun sunnah agar tak memberatkan, namun memiliki nilai yang sama.