• Terbaru
  • Populer

Memanusiakan Jejak Jejak Sejarah Sriwijaya

11 November 2022

KHM Yusuf Hasyim: Pahlawan Pembaharu Pendidikan Pesantren

30 Maret 2025

Dunia Itu Mudah Jangan Dipersulit

10 Februari 2025

H Dadang Juhata Kesatria dari Kuningan Jawa Barat

10 Februari 2025

Komunitas sebagai Medan Kerja dan Belajar

7 Februari 2025

Pengaruh Media Massa dalam Menciptakan Citra Positif

4 Desember 2024

Petunjuk dan Mukjizat Al Quran (1)

24 Oktober 2024

Launching Kedai Abah Zhen di Sentra Kuliner Battembat

6 September 2024

Mewaspadai Tipudaya Mall dan Maal di Dunia

5 Juli 2024

Pesantren Pelopor Al Quran yang Dimadrasahkan

28 Juni 2024

Pesantren Sukunsari Cirebon Qurban Kambing

20 Juni 2024

Water Closed Masjid yang Terbuka 24 Jam

20 Juni 2024

Calon Gubernur Banten Kunjungi Sesepuh Cirebon

1 Juni 2024
  • Susunan Redaksi
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
Kamis, 22 Mei 2025
No Result
View All Result
Net26.id
  • Login
  • Register
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
No Result
View All Result
Net26.id
Beranda Budaya dan Agama

Memanusiakan Jejak Jejak Sejarah Sriwijaya

Muhammad Sakdillah Ditulis oleh Muhammad Sakdillah
11 November 2022
dalam Budaya dan Agama
A A
162
VIEWS

Menarik jejak petualang Manusia Sumatera coba dianalisis dengan memanusiakan jejak jejak sejarah Sriwijaya dalam tulisan ini.

Para sejarawan sering menulis menurut prasasti ini dan prasasti itu adalah yang paling otentik secara arkeologis tentang sebuah sejarah. Sementara mitologi, penulisan naskah, membuka hutan, menata lingkungan, dan jejak antropologi tidak masuk dalam kategori sejarah. Karena, alasan tidak arkeologis tersebut. Pun, sering menjadi bahasan serius ketika berbicara tentang kerajaan pertama di Nusantara dari sudut arkeologis pula. Dengan kata lain, tidak ada sejarah jika tidak ada prasasti atau candi sebagai jejak dan bukti arkeologis.

ArtikelLainnya

Pada Siklus Pemberdayaan yang Semestinya

31 Juli 2023
149

Namun Sayangnya, Budaya Bukan Sebatas Pakaian Tradisional

31 Juli 2023
153

Kebahagiaan Harus Berjalan Wajar

30 Juli 2023
146

Warisan Keteladanan dari Masa Mpu Sindok

13 Juli 2023
153

Sejarah Sriwijaya untuk pertama kali direkonstruksi oleh seorang sarjana Prancis, George Coedes, setelah menemukan situs Kedukan Bukit di Kota Palembang. Setelah rekonstruksi sejarah tersebut kemudian bermunculan teori teori untuk memperkuat keberadaan Sriwijaya sebagai sebuah keraajan. Hanya saja, karena begitu banyak warisan tinggalan budaya berupa prasasti dan cecandian akhirnya Sriwijaya menjadi ajang kepentingan tarik menarik klaim, baik dari dalam negeri seperti Palembang, Jambi, dan Mataram, maupun luar negeri seperti Vietnam dan Thailand.

Menurut versi Arkeologis

Modifikasi sejarah agama dan kedaratan (kontinentalisme) sering mengiringi sebuah penulisan sejarah. Sehingga mengaburkan eksistensi sejarah itu sendiri yang pada dasarnya kembali kepada manusia sebagai pelakunya. Begitu pula, ingatan bawah sadar penulis penulis dari Eropa tentang konsep kedaratan sebagaimana suku-bangsa Eropa akan mengunggulkan sejarah Romawi yang berlaku urut dan sistematis. Begitu pula, India, China, Persia, dan Arab yang akan mengunggulkan konsep “kemandalaan” (negara bawahan atau negara taklukan) untuk berdirinya sebuah kemaharajaan. Dengan kata lain, bagaimana seorang raja Tarumanegara yang mengklaim sebagai penguasa tunggal wilayah “Sunda”, sementara konsep kesundaan masih bertentangan dengan konsep Galuh misalnya. Demikian pula, klaim Sriwijaya sebagai sebuah kemaharajaan besar pada abad ke-7 hingga ke-12 Masehi pada masa setelah rekontruksi Coedes tersebut. Sebaliknya, apakah Sriwijaya akan hadir seperti pada pemahaman sejarah sekarang, jika tidak pernah ada Coedes yang merekonstruksinya? Artinya, rekayasa konstruksi sejarah peluangnya masih tetap ada.

Pendiri Kerajaan Sriwijaya menurut tafsir Prasasti Talang Tuo adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Dalam prasasti disebut “Jayanaga”.

Sriwijaya digambarkan sebagai sebuah kerajaan besar yang terletak di Sumatera. Kehadiran kerajaan ini dianggap sangat berpengaruh pada perkembangan sejarah Asia Tenggara yang yang membentang dari Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Singapura, Tanah Genting Kra (Thailand dan Malaysia), Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Rekonstruksi awal sejarah Sriwijaya melalui catatan seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, yang menceritakan tentang kunjungannya ke Sriwijaya pada 671 Masehi. Keberadaan Sriwijaya dikuatkan oleh Prasasti Kedukan Bukit yang bertarikh 682 Masehi.

Sebelum Coedes menemukan Prasasti Talang Tuo pada 1918, tidak ada pembahasan mengenai Sriwijaya. Coedes melalui prublikasinya menyatakan San Fo Tsi, Sribhoja, dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Purba merujuk kepada satu kerajaan yang sama, Sriwijaya. Sejak itu, beberapa prasasti yang ditemukan, baik di kota Palembang, Pulau Bangka, Lampung, hingga Pekalongan diterjemahkan sebagai Sriwijaya. Di samping, beberapa legenda yang melekat pada Maharaja Javaka dan Raja Khmer yang memberikan sekilas keterangan.

Beberapa artefak temuan Balai Arkeologi Palembang berupa bangkai perahu, tembikar, dan keramik juga dikaitkan dengan konotasi Sriwijaya ini. Dengan kata lain, di dalam benak penulis sejarah sudah tergambar kata Sriwijaya beserta pernak pernik aksesoris dari penganut Buddha. Belakangan, Candi Buddha  di Muaratakus, Jambi, pun diklaim sebagai Sriwijaya.

Dapunta Hyang Sri Jayanasa

Kesejarahan Manusia Melayu masih jarang disinggung dalam penulisan sejarah Sriwijaya. Bahkan, dalam satu narasi disebutkan Sriwijaya runtuh dan digantikan oleh Kerajaan Melayu Dharmasraya di Jambi. Tanpa mengesampingkan peranan penganut Buddha yang tersebar di Sumatera dan Jawa, melihat sejarah dari sejarah kemanusiaan memang jarang dilakukan sehingga konotasi muncul dari bangunan banguna peninggalan. Padahal, dalam satu fragmen, orang orang Khmer menyebut Sriwijaya demikian sebagai Melayu.

Budaya Hindu (Siwa, Wisnu, Brahma, dan Buddha) memang cukup mewarnai sejarah pasca Melayu Purba (Proto-Melayu). di Sumatera Selatan sendiri banyak nama tempat yang melekat dengan sejarah agama seperti Desa Biaro (vihara) di Kabupaten Musirawas Utara, Desa Pelawe dan Kabupaten Pali yang berkonotasi dengan bahasa Pallawa dan Pali. Namun, kejayaan suku-bangsa Melayu Kuno tidak bisa lepas antara manusia, sungai, dan gunung.

Memang, kebudayaan Proto-Melayu dan Deutro-Melayu di Nusantara hampir tak terlihat batasnya. Kebudayaan Hindu lebih tampak dominan di dalam mengisi ruang sejarah. Apalagi setelah dipukul rata ke dalam konsep hegemonik. Padahal, terdapat varian varian ragam yang menarik jika mampu ditelusuri satu per satu. Pada Prasasti Talang Tuo berikut, aksara yang digunakan adalah bentuk Pallawa, tapi menggunakan bahasa tutur Melayu Kuno. Telusuran, Manusia Melayu sering berhenti pada agama yang dianut oleh Dapunta Hyang Jayanaga. Sementara asal usulnya menjadi misteri. Sejarawan mengasumsikan ia datang dari wilayah Sumatera Tengah, Minanga Tamwan.

/śwasti . śri śaka warṣa titā . 606 . diŋ dwitiya ṣuklapakṣa wulan caitra . sāna tatkālāña parlak śri kṣetra ini . niparwuat

parwaṇḍa punta hiyaŋ śrī jayanāga . ini priṇadhānāṇḍa punta hiyaŋ . sawañakña yaŋ nitanaŋ di sini . ñīyur pinaŋ hanāu . rumwiya . dṅan samigra . ña yaŋ kāyu nimakan wuaḥña . tathapi hāur wuluḥ pattuŋ ityewamādi;

Terjemah George Coedes; pada tanggal 23 Maret 684 Masehi, pada saat itulah taman ini yang dinamakan Śrīksetra dibuat di bawah pimpinan Sri Baginda Śrī Jayanāśa. Inilah niat baginda: Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian pula aur, buluh, betung, dan sebagainya;

Jika tidak dipahami sebagai sejarah agama semata, maka pokok bahasan sejarah manusia dan asal usulnya sangat menarik untuk memanusiakan jejak jejak sejarah Sriwijaya. Bahwa, Dapunta adalah orang Sumatera asli dengan bahasa Melayu Kuno yang dipakainya. Bukan suku-bangsa datangan dengan budaya baru.

Tag/kata kunci: memanusiakan jejak jejak sejarah Sriwijaya
Artikel sebelumnya

Bukit Sulap sebagai Istana Masa Lalu Lubuklinggau

Artikel berikutnya

Terkuak, Ini Jawaban Teka Teki dan Asal Usul Dapunta Hyang

Muhammad Sakdillah

Muhammad Sakdillah

A writer and culture activities.

Artikel Lainnya

Harlah Dan Bedah Buku Samber Nyowo Di Rumah Masa Kecil Presiden Sukarno

Buku Samber Nyowo
6 April 2023
202

Bedah buku Samber Nyowo akan digelar pada malam tasyakuran hari lahir (harlah) Pangeran Samber Nyowo ke-298 di Situs Ndalem Pojok rumah...

Selanjutnya

Keprihatinan Buya Husein Muhammad pada Aspek Budaya

9 Januari 2023
157

Sedikit tapi mengena. Buya Husein Muhammad mengemukakan perlunya kerja kerja penerjemahan. Karena, dengan kerja kerja penerjemahan tersebut pengetahuan dan budaya dapat...

Selanjutnya

Mazhab Syafi’i: Dari Mekah, Baghdad, hingga ke Mesir

27 Desember 2022
182

Tradisi referal telah menjadi salah satu ciri suku-bangsa Arab karena memiliki ingatan yang kuat. Mereka bisa hafal silsilah nenek moyang hingga...

Selanjutnya

Mazhab Maliki: Dari Madinah, Damaskus, hingga ke Cordova

26 Desember 2022
173

Dokumentasi hadis Rasulullah Saw bermula di Madinah ketika kitab Al Muwattha lahir dari tangan Imam Malik bin Anas, pendiri Mazhab Maliki. Sebagian...

Selanjutnya

Memaknai Desember Bulan Gus Dur

6 Desember 2022
166

Hak hak adat (ulayat) memiliki aturan tersendiri di dalam khazanah dan referensi hukum di Indonesia. Hukum Adat di samping Hukum Islam...

Selanjutnya

Terkuak, Ini Jawaban Teka Teki dan Asal Usul Dapunta Hyang

Foto koleksi pribadi Andri Novanto Musirawas
12 November 2022
410

Satu suku-bangsa sudah dianggap maju apabila memiliki aksara sendiri. Tidak semua suku-bangsa yang ada di Nusantara memiliki aksara sendiri. Meskipun, memiliki...

Selanjutnya

Mengenal Kata Santri di Indonesia

21 Oktober 2022
147

Setiap kata pada dasarnya tidak bisa berdiri sendiri yang tiba tiba turun dari langit. Setiap kata memiliki ruang realitas sejarahnya sendiri,...

Selanjutnya

Metropolitan Caruban Nagari dan Tuban Nagari

7 Oktober 2022
150

Corak metropolitan Caruban Nagari dan Tuban Nagari memiliki banyak kesamaan sehingga dapat memunculkan asumsi Walisongo yang tak pernah sembilan. Tradisi Buddha...

Selanjutnya
Artikel berikutnya
Foto koleksi pribadi Andri Novanto Musirawas

Terkuak, Ini Jawaban Teka Teki dan Asal Usul Dapunta Hyang

Masa Kegelapan Datang Diganti dengan Perang

Berlangganan
Connect with
Login
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Notifikasi dari
guest
Connect with
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
guest
0 Comments
terlama
terbaru paling banyak dipilih
Inline Feedbacks
View all comments
Net26.id

Kabar-kabar dari dan untuk anak negeri yang merasa menjadi anak Ibu Pertiwi. Kisah-kisah ringan bermutu dan artikel-artikel sarat manfaat.

No Result
View All Result

Link Situs

  • Ini Kami
  • Susunan Redaksi
  • Reporter
  • Lembar Penulis
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Facebook
  • Email
  • id ID
    • id ID
    • en EN

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

Sugeng rawuh 🙏😊

Masukkan username dan password

Lupa password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Kembalikan Password

Masukkan username atau alamat email untuk mereset password.

Log In
wpDiscuz
0
0
Yuk diskusikan artikel ini!x
()
x
| Reply