• Terbaru
  • Populer

Bukit Sulap sebagai Istana Masa Lalu Lubuklinggau

11 November 2022

Puisi Puisi Hasyim Wahid

22 Maret 2023

100 Hari Wafat Remy Sylado

19 Maret 2023

Memanusiakan Teks Al Quran ke dalam Tafsir Aktual

10 Maret 2023

Belajar Tauhid kepada Syekh Muhammad Nafis Al Banjari (V)

7 Maret 2023

Proyek Proyek Melatinkan Karya Karya Sastra di Indonesia

2 Maret 2023

Dari Kata untuk Manusia dalam “Ruang Renung Rara”

28 Februari 2023

Menerjemah Nilai Nilai Kemanusiaan August Strindberg di Indonesia

28 Januari 2023

Pedas! Anggota IKAPETE yang Tak Mau Berjuang di Masyarakat, Diminta Berhenti!

23 Januari 2023

Buya Syakur dan Buya Husein sebagai Tipikal Intelektual Timur dan Barat

11 Januari 2023

Keprihatin Buya Husein Muhammad pada Aspek Budaya

9 Januari 2023

Mazhab Syafi’i: Dari Mekah, Baghdad, hingga ke Mesir

27 Desember 2022

Mazhab Maliki: Dari Madinah, Damaskus, hingga ke Cordova

26 Desember 2022
  • Susunan Redaksi
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
Kamis, 23 Maret 2023
No Result
View All Result
Net26.id
  • Login
  • Register
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
No Result
View All Result
Net26.id
Beranda Daerah

Bukit Sulap sebagai Istana Masa Lalu Lubuklinggau

Muhammad Sakdillah Ditulis oleh Muhammad Sakdillah
11 November 2022
dalam Daerah
A A
302
VIEWS

Kalangan sejarawan memberi tesis: kedatangan suku-bangsa yang mendiami Nusantara melalui dua gelombang. Pertama, gelombang Proto-Melayu (Melayu Purba) dari Yunnan, India belakang atau China Selatan, dan kedua, gelombang Deutro-Melayu (Melayu Muda) dari Dongson, Vietnam. Yang pertama membawa budaya Megalitikum (kuburan batu) dan aksara, sementara yang kedua membawa budaya Neolitikum berupa teknologi pengolahan besi, perak, dan emas. Bukit Sulap sebagai istana masa lalu Lubuklinggau merupakan salah satu tempat berdiam suku-bangsa yang datang pertama dengan warisan tinggalan berupa aksara, Proto-Melayu, tersebut.

Foto koleksi pribadi Andri Novanto

Aksara Ulu

Dari aspek kesejarahan, Megalitikum dan Neolitikum menandakan suatu era, bukan karya budaya itu sendiri. Megalitikum diawali dari masa 3500 sampai 1000 tahun sebelum Masehi, sementara Neolitikum diawali dari masa 1.000 sebelum Masehi sampai abad ke-5 Masehi. Bukit Sulap sebagai istana masa lalu Lubuklinggau tidak bisa dikatakan mandiri atau hidup sendiri. Setidaknya, memiliki hubungan kekerabatan dengan wilayah di sekitarnya, terutama suku-bangsa Rejang yang mendiami ulu sungai di Pegunungan Bukit Barisan. Dari suku-bangsa Rejang tersebut dikenal Aksara Kaganga atau Aksara Ulu. Karena, lokasi pemakainya bertempat di hulu hulu sungai dari lereng lereng Bukit Barisan. Suku-bangsa yang belum mengenal tradisi India. Pada zaman dahulu, suku suku yang hidup di hulu sungai dianggap lebih tua dan mengembangkan budaya Hyang.

ArtikelLainnya

KH Anang Mujab: FPB Rayakan Ultah ke-20

13 Agustus 2022
214

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Manba’ul Huda Musi Rawas

6 Agustus 2022
268

Nasib Pendidikan di Indonesia dan Masa Depan Pesantren

4 Agustus 2022
229

KADIN Jombang Gelar Sosialisasi Vokasi

4 Agustus 2022
397

Koreksi atas Sriwijaya

Dalam cerita tutur di masyarakat Lubuklinggau dan sekitarnya sering disebutkan “Bukit Sulap” beserta legenda Puteri Silampari adalah kerajaan bawahan Sriwijaya di Palembang. Dan, seolah Kerajaan Sriwijaya memiliki teritorial yang besar. Padahal, tidak demikian. Sebab, pada awal abad Masehi, kerajaan kerajaan di Nusantara belum begitu mengenal arti teritorial sebagaimana pemahaman negara modern. Yang terjadi adalah sebaran sebaran budaya dan suku-bangsa Kemelayuan. Hal ini dibuktikan dengan prasasti prasasti yang tersebar di Palembang, Bangka, Lampung, termasuk sebagian Jawa. Prasasti Kedukan Bukit sendiri bertarikh sekira abad ke-7 Masehi yang berarti telah terjadi simplikasi sejarah. Sementara budaya Sriwijaya sendiri, asal usulnya belum mendapat sumber yang pasti. Sejarawan masih berkseimpulan, pendiri Sriwijaya berasal dari Minanga.

Dalam cerita tutur Puteri Silampari tersebut, sering pula disebut kisah “Dayang Torek” yang memiliki konotasi seorang pelayan. Dayang menurut kamus moedrn adalah seorang pelayan atau pembantu seorang permaisudri atau puteri raja. Karena cerita tersebut sering ditarik kepada kesejarahan budaya Sriwijaya, maka Dayang Torek pun berkonotasi seorang pelayan puteri raja dari Palembang yang hijrah ke Bukit Sulap. Apakah benar demikian? Nanti dulu.

Sejarah Sriwijaya tidak bisa dipandang dari sudut pemerintahan atas-bawah atau pusat-daerah sebagaimana model pemerintahan modern. Jika dipandang sebagai interaksi dan asimilasi budaya bolehlah. Sebab, kata Dayang Torek tersebut bukan berkonotasi Dayang sebagaimana pemahaman umum belakangan yang sering salah kaprah. Kata Dayang tersebut merujuk kepada satu istilah Melayu Kuno yang berarti “Da(ng) Hyang”. Nenek moyang. Da(ng) sendiri merupakan setara seorang resi (sebelum masa budaya Hindu) sekaligus kepala suku. Sebab, jika diartikan sebagai pelayan permaisuri atau puteri raja, maka akan bertentangan dengan sebuah arca yang ditemukan di Desa Binginjungut, di Sungai Musi. Pada punggung arca tersebut, terdapat aksara yang bertuliskan “Da(ng) Acarya Sutta”. Di samping, budaya Melayu Kuno di Nusantara masih menganut pemujaan terhadap nenek moyang yang masih berbudaya Hyang dan mengenal Aksara Ulu. Maka, tidak heran, jika kemudian kata Pu Hyang (Puyang) masih menjadi ungkapan sehari hari di Sumatera bagian selatan. Dengan kata lain, kata Da(ng) tersebut merujuk kepada penokohan seseorang yang di kemudian hari dikenal sebagai nenek moyang atau Puyang. Dan, bisa jadi Da(yang) Torek yang dimaksud dalam cerita rakyat di keitar Bukit Sulap adalah seorang lelaki (maskulin), bukan seorang puteri sebagaimana dipercaya selama ini.

Memang, batu adalah sarana dan media pada masa lalu dalam menuangkan ide dan gagasan, sebelum mengenal lontar dan kertas. Dengan bahasa dan aksara yang sangat sederhana, ungkapan ungkapan tersebut ditulis di atas batu dan simbol simbol lainnya seperti gajah yang terbuat dari batu di Desa Batugajah. Tidak semua simbol dilambangkan dengan huruf, melainkan dalam bentuk arca arca yang tak beraksara. Kalangan sejarawan belum berani memastikan jika Aksara Kaganga (Aksara Ulu) yang banyak dijumpai di wilayah ulu sebagai hasil dari sebuah entitas budaya yang mandiri. Mereka masih berpendapat, jika Aksara Kaganga adalah pengembangan dari pengaruh budaya Aksara Pallawa. Pun, kepercayaan masyarakat zaman dahulu yang masih menganggap gunung dan hutan sebagai istana yang sakral bagi seorang Hyang atau Pu Hyang. dan, masih sering pula dikotasikan dengan budaya Hindu (Siwa, Wisnu, Brahma, dan Buddha) yang datang belakangan. Dengan melihat Bukit Sulap sebagai istana, maka tidak janggal untuk dikatakan: Bukit Sulap sebagai istana masa lalu Lubuklinggau. Karena, istana zaman dahulu sebelum mengenal teknologi bata masih berlindung di goa goa, gunung gunung, dan tempat tempat yang tinggi. Di samping, orang zaman dahulu masih menggantungkan hidup dari sungai. Di tempat tempat tinggi tersebut, orang orang zaman dahulu mewariskan tinggalan berupa kuburan yang di atasnya ditaruh tumpukan batu. Ada batu besar yang berdiri dan diukir serupa manusia, biasa disebut menhir, atau peti batu yang biasa disebut sarkofagus.

Tag/kata kunci: Bukit BarisanBukit SulapBukit Sulap sebagai istana masa lalu LubuklinggauLubuklinggau
Artikel sebelumnya

Sastra dan Pusat Peradaban di Nusantara

Artikel berikutnya

Memanusiakan Jejak Jejak Sejarah Sriwijaya

Muhammad Sakdillah

Muhammad Sakdillah

A writer and culture activities.

Artikel Lainnya

Hj Entin: 85 Tahun Jadi Kuncen Makam

3 Agustus 2022
216

Dengan bahasa Sunda yang lancar, ia "menghaturkan" parapeziarah kepada Raden Arya Wangsa Gopara untuk menunaikan hajat mereka bertawasul. Tak sengaja, kehadirannya...

Selanjutnya

H Cecep: Jalan untuk Kembali ke Pesantren

2 Agustus 2022
229

Indramayu-Net26.id - Senin, 1/8/2022, keprihatinan masyarakat muncul ketika melihat pesantren sering dihadapkan pada negara vis a vis. Dan, ceritanya berantai. Mulai...

Selanjutnya

Pola Kepemimpinan di Pesantren Bejaten

29 Juli 2022
261

Dari data Badan Pertanahan Nasional mungkin dapat dilacak sejarah tanah di Desa Bejaten. Periode Rintisan (...-1937) Desa Bejaten mulai dibuka diperkirakan...

Selanjutnya

Kemajuan Organisasi dan Politik di Pesantren Bejaten

27 Juli 2022
241

Bejaten-Net26.id Masa-masa transisi pemerintahan dan gejolak politik turut berpengaruh di Pesantren Bejaten. Masa yang sering disebut sebagai Masa Revolusi. Mulai sejak...

Selanjutnya

Tradisi Mengaji Kitab Kuning di Pesantren Bejaten

26 Juli 2022
274

Bejaten-Net26.id Kitab kuning adalah salah satu ciri berdirinya sebuah pondok pesantren di Indonesia, selain masjid, rumah kiai, dan asrama santri. Begitu...

Selanjutnya

KHM Abdul Halim: Merawat Tradisi Leluhur Bejaten

26 Juli 2022
278

Baik buruk sebuah pesantren akan ditentukan oleh masyarakatnya. Bejaten-Net26.id Desa Bejaten masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Dulu, wilayah...

Selanjutnya

Haul ke-85 KH Abdullah Umar Bejaten Berjalan Meriah

25 Juli 2022
344

Bejaten-Net26.id Acara Haul KH Abdullah Umar (1895-1937 Masehi) bin KH Hasan Munawar di Desa Bejaten, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang berjalan dengan...

Selanjutnya

Lebih Dekat dengan Pesantren Tahfidz An-Nawawi Nglaban

25 Juli 2022
416

Jombang-Net26.id Tebuireng zaman sekarang sudah bisa dikatakan sebagai Kota Santri. Keramaiannya bisa melebihi Kota Jombang sebagai ibukota Kabupaten. Tebuireng memang sebuah...

Selanjutnya
Artikel berikutnya

Memanusiakan Jejak Jejak Sejarah Sriwijaya

Foto koleksi pribadi Andri Novanto Musirawas

Terkuak, Ini Jawaban Teka Teki dan Asal Usul Dapunta Hyang

Berlangganan
Connect with
Login
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Notifikasi dari
guest
Connect with
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Net26.id

Kabar-kabar dari dan untuk anak negeri yang merasa menjadi anak Ibu Pertiwi. Kisah-kisah ringan bermutu dan artikel-artikel sarat manfaat.

No Result
View All Result

Pengunjung

  • 45,503

Link Situs

  • Ini Kami
  • Susunan Redaksi
  • Reporter
  • Lembar Penulis
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Facebook
  • Email
  • id ID
    • id ID
    • en EN

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

Sugeng rawuh 🙏😊

Masukkan username dan password

Lupa password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Kembalikan Password

Masukkan username atau alamat email untuk mereset password.

Log In
wpDiscuz
0
0
Yuk diskusikan artikel ini!x
()
x
| Reply