Kawasan paling tidak nyaman jika Anda bepergian dengan menggunakan kendaraan bis, akan Anda temukan di sepanjang Semarang Cirebon. Anda masih akan menjumpai peristiwa “sisa sisa kolonial” yang akan membuat Anda jengkel setengah mati.
Praktik praktik dengan modus seorang calo yang menawarkan kursi bis kosong ini hanya dapat dijumpai di terminal terminal sepanjang Semarang Cirebon. Karena, terminal terminal pada umumnya sudah mulai tertib alias bebas calo, terutama ketika pemesanan tiket sudah via online belakangan ini.
Risiko rawan ini memang belum bisa diberantas. Masih banyak calon penumpang yang menjadi korban. Modus biasanya dilakukan dengan berkelompok. Salah satu diantaranya mengejar dan menggiring calon penumpang dengan sibuk menanyakan arah tujuan. Padahal, setiap calon penumpang dapat melihat papan penunjuk arah serta bertanya kepada petugas resmi terminal.
Kisah ini pernah dialami oleh Anton, sebut saja namanya demikian. Anton hendak pergi ke Pemalang. Dia sudah tahu lokasi, tempat mendapatkan bis. Ia tergesa gesa berjalan sehingga memancing hasrat beberapa calo yang ingin menguasainya. Seorang di antara calo itu terus menguntit dan terus mencerca pertanyaan arah tujuan. Sebuah bis tujuan Cirebon Semarang berhenti, menunggu penumpang yang terlambat. Anton terus bergegas. Tiba di depan pintu bis, seorang calo lainnya sudah berdiri menghadang. Menghalangi langkah Anton. Calo pertama terus mencerca arah tujuan seraya mengambil tiket kosong dari sakunya. Tiket itu ditulis olehnya dengan nominal di luar kewajaran. Anton tak bisa mengelak karena harus bergegas. Sementara pintu bis belum dibuka. Kernet tampak berdiri tak mampu membela atau mempersilakan. Kesalahan Anton adalah tidak mau surut ke belakang dan menghindar, tapi dia kepepet memang harus segera berangkat. Terpaksa, iapun mengeluarkan uang dari sakunya untuk membayar tiket kosong kepada sang calo dengan ikhlas. Setelah dibayar, calo kedua baru mempersilakan kepada kernet untuk membukakan pintu. Ketika bis sudah berjalan dan kernet mulai menarik ongkos tiket, jangan berharap uang yang telah dikeluarkan sebelum naik bis itu bakal kembali. Karena, sang kernet tidak mau ambil pusing berurusan dengan kawanan calo terminal tersebut. Dia tetap menagih ongkos untuk disetorkan kepada perusahaan. Dengan jengkel, Anton harus merogoh ongkos dobel. Pertama kepada kawanan calo dan, kedua, kepada kernet bis.
Fenomena yang dialami oleh Anton ini masih ada di Pantura, terutama jurusan Semarang Cirebon.
Anton bercerita, modus yang sama pernah terjadi pada sahabatnya yang berangkat dari Semarang. Seorang calo menunjuk sebuah bis mewah yang ditawarkannya. Namun, kecele, ternyata sang calo telah bekerjasama dengan pihak bis yang memang tidak mau ambil pusing. Ia dinaikkan pada sebuah bis yang tak layak pakai dan diturunkan di rumah makan di Gringsing sebelum akhirnya berganti bis yang lebih baik.
Layanan bis Semarang Cirebon memang belum sebaik pada daerah daerah lain yang bisa membuat nyaman perjalanan antarkota.