Setiap rentang sejarah, entah panjang entah pendek, akan ada masa kegelapan datang diganti dengan perang. Terjadi di belahan dunia mana pun. Ketika masa itu menimpa suku-bangsa Yunani, maka terjadi perang terus menerus hingga datang masa kenabian. Ketika masa itu menimpa suku-bangsa Jawa, maka terjadi perang terus menerus hingga datang masa Medang-Kanuruhan-Kahuripan-Kadiri-Singhasari-Majapahit-Pajang-Mataram. Dan, seterusnya.

Kaum Bijak Bestari dan Sastra Bernyanyi
Ketika tiba masa kegelapan itu, budaya Hindu menyebutnya Kaliyuga, instabilitas dan kekacauan terjadi di mana mana. Meskipun tampak tenang, tapi kegalauan tetap ada. Ketika masa kegelapan datang diganti dengan perang, maka di saat itu pula susastra bekerja. Meskipun, tidak populer dan didengar oleh banyak orang. Bisa literasi dikatakan mati, tapi dengan spontanitas ia bekerja dan mencatatkan diri masing masing. Wujud kebijaksanaan itu memang tidak ada. Bukan bayang bayang kenabian yang bisa merubah situasi dan zaman dalam sekejap. Proses tetap ada dan berlangsung lama. Kehadiran masa Nabi Muhammad saw adalah puncak dari kekacauan dan kegelapan, ia hadir di ujung proses. Ketika proses kekacauan masa itu sampai pada titik jenuh dan memerlukan penyelesaian penyelesaian yang bersifat praktis dan tidak banyak mikir. Tapi, susastra tetap bekerja. Bahkan, secara langsung, Al Quran turun melakukan kritik kritik tajamnya. Bagaimana Al Quran itu bisa berbicara, jika tidak dibantu oleh perangkat perangkat susastra yang turut merekam jejak kegelapan sejarah manusia.
Kegelapan Itu Melanda Seluruh Dunia
Ada pada satu masa, kegelapan melanda seluruh isi dunia. Kekacauan dan peperangan tidak terjadi hanya di satu tempat saja, melainkan secara global. Orang bilang, itu perang dunia yang tidak ada hitungan lagi Pertama, Kedua, dan Ketiganya. Perang Dunia sudah sering terjadi, bukan sekali dua kali. Perang Dunia antara suku-bangsa Persia dan Romawi; Marakesh dan Romawi; Yunani dan Mesir; Spartan dan Yunan; Makedonia dan India; dan seterusnya.
Masa kegelapan datang diganti dengan perang adalah tanda semua makhluk tidak berbicara, kecuali tangan tangan kreatif. Susastra berbicara dan bekerja tetapi tidak dibaca. Dia tidak menemukan bentuk dan bunyinya yang utuh. Pada abad ke-15, dunia mengalami masa kegelapan global. Tidak hanya di Eropa sebelum Renaisans. Tetapi, juga di Jawa. Susastra menjadi terserak dan tidak utuh. Perang pun terjadi di mana mana.