Tidak bisa disangkal, air adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan sebagai saudara kembar selain tanah, api, dan udara. Bagi Mang Asep Salik, budayawan Sunda, “Dalam khazanah pengetahuan Nusantara, air dikenal sebagai salah satu dari empat unsur penting dalam semesta, khususnya bagi para makhluk Bumi. Air memiliki banyak dimensi, dari ekonomi hingga spiritual.”
Maka, dalam toponimi budaya, air memiliki ragam sebutan beserta makna-maknanya sebagaimana “patanjala” yang berarti “landas pemikiran (konsep) mengenai pengelolaan air yang mucul dari sumber mataair menuju sungai hingga bermuara di samudra.”
Bagi Mang Asep, “Dalam, khazanah Sunda, dikenal istilah patanjala yang menyimpan pengetahuan dan kelindan beragam dimensi air. Dalam hal ini, air tidak hanya dipahami sebagai benda, namun dikenali sebagai “sosok” yang sejajar dengan manusia.”
Dengan demikian, sebagai “sosok” yang sejajar, air dapat pula dikatakan sebagai subjek. “Sehingga, ia bukanlah objek, melainkan subjek dalam relasi semesta.”
Demikian pula, ragam kedekatan secara emosional, air dapat menggerakkan alam semesta. “Begitu juga bagi masyarakat Jawa, air bukanlah material asing. Kelekatan mereka terhadap air dapat dilacak pada ragam hal yang bertalian dengan hidup dan kehidupan mereka, baik dalam siklus jagat cilik maupun jagat gede.”
Pola kosmologis yang dibentuk dari alam pemikiran berbasis air ini; “Karenanya, simbol air hadir bahkan hingga dalam rupa busana yang dikenakan.”
Hal ini tentu terukir di dalam banyak fragmen-fragmen budaya sebagaimana hiasan dinding maupun ornamen-ornamen lukisan batik. “Misalnya, bagian blumbangan dalam anatomi sebuah iket sebagai bahan dasar blangkon bagi laki-laki maupun pada semekan bagi perempuan. Kedua hal itu merupakan penanda kesadaran kosmologis orang Jawa akan air yang kerap disebutnya sebagai ‘sumber kehidupan’.”
Melihat fenomena belakangan, ketika manusia bisa dan mampu berkomunikasi dengan air adalah bukan sesuatu yang aneh dan tentu bukan syirik. Sebagaimana manusia sebagai makhluk, juga air, api, tanah, dan udara adalah makhluk, mempercayainya memiliki kekuatan (rahmat dan bencana) sebagai wujud kekuatan Kemahakuasaan yang Maha Mutlak.
Cirebon, 22 Maret 2022.