Budaya lokal diantaranya adalah kemampuan penduduk lokal dalam berkomunikasi dengan alam yang sering dipandang minor. Padahal, salah satu unsur pengetahuan adalah bersumber dari pengalaman, bukan pada aspek teori saja.
Kelemahan-kelemahan pendidikan modern adalah di dalam melakukan praktik-praktik aplikatif terhadap lingkungannya. Aspek terapan yang multiguna.
Namun perlahan, aspek-aspek lokal kian tergerus sehingga sendi-sendi pembangunan seakan luput dari ruhnya. Meskipun di tengah-tengah hiruk pikuk gegap modernitas, tradisi lokal masih menjadi tontonan yang menarik.
Berikut adalah cerita pengalaman tokoh Palembang, Prof. K.H. Mal an Abdullah, yang banyak berkecimpung dan meneliti sejarah dan budaya Nusantara.
***
Pawang Hujan dan MTQ Nasional 1975
Pada tahun 1975, Palembang, Sumatera Selatan, mendapat kehormatan menjadi penyelenggara MTQ Nasional ke-8. Pada waktu itu, saya ditunjuk sebagai Panitia Penyelenggara yang mengetuai Seksi Pameran Pembangunan Islam.
Sehari sebelum Upacara Pembukaan, diadakan Malam Taaruf semua pimpinan kafilah dari semua propinsi. Lokasi kegiatan bertempat di halaman Kantor Gubernur. Namun tanpa dinyana, malam itu kota Palembang diguyur hujan deras yang berlangsung lama. Kegiatan malam taaruf tentu saja berantakan.
Esok harinya, saya datang ke arena pameran pagi-pagi untuk mempersiapkan pembukaan acara. Arena pameran ini terletak berdekatan dengan arena utama MTQ. Pada sore hari itu, di arena utama MTQ akan berlangsung Upacara Pembukaan oleh Presiden Soeharto.
Sesampai di halaman gedung utama pameran, saya kaget. Sepagi itu, ada HA Natar (sekarang almarhum) bersama seorang lainnya yang lebih tua yang tampaknya hanya bisa berbicara dengan bahasa lokal. Saya bertanya kepada Pak Natar, “Siapa beliau?” Pak Natar pun menjelaskan bahwa ia adalah pawang hujan yang sengaja didatangkan atas perintah Pak Gubernur. Ada sesuatu yang harus ditempatkannya di tempat terbuka tetapi tidak boleh terlangkahi oleh kaki manusia.
Kebetulan gedung utama pameran berbentuk U sehingga dipandang ideal bila sesuatu itu ditempatkan di bagian luar dasar huruf U tersebut. Sebab, pengunjung pameran pastilah tidak punya kepentingan untuk melewatinya.
Pada waktu itu, saya bertanya-tanya: apakah upaya berbasis pengetahuan tradisional lokal tersebut akan efektif? Akankah upaya itu berhasil? Ternyata, bukan hanya Upacara Pembukaan yang terlewati dengan baik. Seluruh rangkaian kegiatan MTQ juga berlangsung lancar. Hujan baru turun lagi setelah seluruh kegiatan MTQ hingga upacara penutupan selesai.
Palembang, 22 Maret 2022.