Dengan meningkatnya masyarakat terdidik seharusnya telah memberikan harapan guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan mengurangi jarak kesenjangan sosial. Menurut Venkat Pulla sebagaimana telah dilansir kompas.com, masyarakat berdaya memiliki ciri ciri: mampu memahami diri sendiri secara utuh dan mampu; merencanakan masa depan beserta mengantisipasi kondisi perubahan; mampu memimpin diri sendiri; memiliki kemampuan berdiskusi secara sehat; memiliki nilai tawar (bargaining power) dalam melakukan kerjasama; dan, bertanggung jawab penuh terhadap segala tindakan dan ucapan.
Namun demikian, keberhasilan tidak selalu menyertai karena beberapa faktor berikut: partisipasi setiap individu yang kurang; sering terjadi kesenjangan pendapatan antara satu dengan yang lainnya sehingga memunculkan ego individual yang cenderung berjalan sendiri; kekurangmampuan masyarakat dalam berkreasi, kritis, dan logis; Kegiatan pemberdayaan selalu ditujukan pada masyarakat lokal dan permasalahan sosial saja; serta ketergantungan sumber dana dari luar.
Kemajuan masyarakat berdaya semestinya merupakan kerja kerja berkesinambungan. Harapan pemerintah agar masyarakat desa umpamanya dapat menyerap dan menyimpan dana dari pusat hendaknya diikuti oleh peningkatan produksi dan distribusi. Ironisnya, kemampuan masyarakat hanya terbatas kepada keinginan keluar dari himpitan ekonomi secara instan sehingga daya tahan, kerjasama antar kelompok secara internal, kemajuan teknologi dan informasi, serta upaya mandiri masih jauh dari harapan. Ego individual seolah menjadi penghambat dalam meningkatkan kesejahteraan dan cita cita bersama ekonomi.
Masyarakat berdaya memang tidak bisa dijadikan sebagai figur utama dalam kemajuan ekonomi dan kesejahteraan secara individu. Tapi, kolektivitas yang membimbing kesadaran lingkungan dan jangkauan. Kemajuan seharusnya dapat diukur dengan perputaran dan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan produksi dan industri yang ditopang oleh permintaan pasar (distribusi) yang signifikan. Kemajuan kolektivitas membutuhkan kerjasama yang konstan antar lingkungan, bahkan hubungan eksternal. Sehingga pendekatan pendekatan yang dilakukan pun harus sejalan dengan kemampuan internal, bukan karena faktor faktor pengulangan dan tren pasar.
Era pandemi yang menerjang masa satu tahun belakangan ini memang benar benar telah mengunci efektivitas dan kreativitas masyarakat secara ekonomi sehingga mau tidak mau menarik masyarakat ke dalam satu refleksi guna melepas ketergantungan. Dengan kata lain, kemampuan menghadapi persoalan bersama adalah jalan terbaik di dalam mendayatahankan kolektivitas masyarakat dalam suatu lingkungan.