• Terbaru
  • Populer

Ketika Kehidupan Kiai Digempur Sekularisme

18 Juli 2022

Puisi Puisi Hasyim Wahid

22 Maret 2023

100 Hari Wafat Remy Sylado

19 Maret 2023

Memanusiakan Teks Al Quran ke dalam Tafsir Aktual

10 Maret 2023

Belajar Tauhid kepada Syekh Muhammad Nafis Al Banjari (V)

7 Maret 2023

Proyek Proyek Melatinkan Karya Karya Sastra di Indonesia

2 Maret 2023

Dari Kata untuk Manusia dalam “Ruang Renung Rara”

28 Februari 2023

Menerjemah Nilai Nilai Kemanusiaan August Strindberg di Indonesia

28 Januari 2023

Pedas! Anggota IKAPETE yang Tak Mau Berjuang di Masyarakat, Diminta Berhenti!

23 Januari 2023

Buya Syakur dan Buya Husein sebagai Tipikal Intelektual Timur dan Barat

11 Januari 2023

Keprihatin Buya Husein Muhammad pada Aspek Budaya

9 Januari 2023

Mazhab Syafi’i: Dari Mekah, Baghdad, hingga ke Mesir

27 Desember 2022

Mazhab Maliki: Dari Madinah, Damaskus, hingga ke Cordova

26 Desember 2022
  • Susunan Redaksi
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
Kamis, 23 Maret 2023
No Result
View All Result
Net26.id
  • Login
  • Register
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi
No Result
View All Result
Net26.id
Beranda Sosial dan Olahraga

Ketika Kehidupan Kiai Digempur Sekularisme

Muhammad Sakdillah Ditulis oleh Muhammad Sakdillah
18 Juli 2022
dalam Sosial dan Olahraga
A A
212
VIEWS

Efek dari kemunculan lembaga dan yayasan bak jamur di musim hujan sedikit banyak telah memengaruhi keberadaan pesantren-pesantren di Indonesia. Terutama, dari segi profesionalisme dan akuntabilitas. Pendidikan pesantren yang semula menekankan aspek-aspek sosial seperti rela berkorban, keikhlasan, gotong royong, dan spirit perlahan-lahan dan berangsur-angsur mulai pudar. Pesantren dianggap sebagai lembaga paling feodal yang masih tersisa saat ini. Setidaknya, dari beberapa kasus yang terjadi dapat menjadi penilaian tersendiri, terutama dalam pemisahan hak pribadi dan hak publik.

Kegiatan Ramadhan Ponpes Al Kautsar Kuningan

Undang Undang Baru

ArtikelLainnya

Renungan Renungan Toponimi Wakadol

17 Juli 2022
228

Ahlussunah wal Jama’ah dan Larangan Membuat Firqoh

14 Juli 2022
219

Parodi Islam Anyaran di Panggung Ketoprak Indonesia

4 Juli 2022
220

Booking Order, Jejak Peninggalan Kolonial di Dunia

2 Juli 2022
220

Pandangan sekularisme yang melanda Eropa menyebabkan munculnya kaum ateis. Pada awalnya, sekularisme merupakan gerakan antigereja yang dominan. Pada masa berikutnya, sekularisme melanda pada dunia pengetahuan. Bahwa sumber ilmu dan pengetahuan berasal dari manusia itu sendiri, bukan berasal dari Tuhan. Syukurnya, sekularisme tidak pernah hadir di dunia muslim, kecuali yang pernah mengikuti program-program sekolah.

Kiai adalah sebutan entitas tunggal yang lahir di pulau Jawa dan Sumatera Selatan. Mereka adalah orang biasa yang pernah menimba ilmu pengetahuan, terutama agama. Di lain daerah, sebutan kiai bermacam-macam seperti Tengku di Aceh, Ungku di Sumatera Barat, Ajengan di Jawa Barat, dan Tuanguru di Nusa Tenggara Barat.

Santri-santri Ponpes Al Kautsar Kuningan

Mereka bisa terlahir dari kalangan bangsawan yang menepikan diri kemudian mendirikan perguruan, bisa pula orang biasa yang mendalami pengetahuan agama kemudian menjadi guru atau ustadz. Mereka hidup seperti manusia kebanyakan dengan bertani, berdagang, atau mendirikan pabrik tahu, tempe, kain, batik, dan aneka ragam industri kecil lainnya. Dari hasil-hasil usaha tersebut, seorang kiai kemudian bersama-sama parasantrinya kemudian mendirikan pesantren. Dan, anehnya, usaha mandiri ini sering dimusuhi oleh pesaing-pesaing yang datang dari luar, baik pengusaha yang hendak menguasai lahan pertanian dan perkebunan seperti pada masa Belanda yang membutuhkan tenaga kerja murah, maupun merebut pangsa pasar industri yang dikuasai oleh kalangan pesantren.

Buka bersama santri-santri Ponpes Al Kautsar Kuningan

Kepentingan Pemerintah Hindia Belanda (PHB) untuk menguasai kepulauan Nusantara diantaranya adalah melalui Politik Etis. Tiga program Politik Etis yang terkenal adalah melalui edukasi (pendidikan), irigasi (pengairan), dan emigrasi (perpindahan penduduk).

Nilai-nilai Sosial dan Spiritual

Padaawalnya, Politik Etis merupakan niatan baik Ratu Belanda untuk membalas budi kepada kaum pribumi yang telah banyak berjasa, menyumbang bagi kekayaan Belanda. Namun, program tersebut justru diselewengkan oleh PHB yang berkuasa di Batavia untuk memenuhi kuota tenaga administrasi yang murah, pengairan untuk perkebunan milik perusahaan Belanda, dan pembukaan lahan baru bagi perkebunan Belanda.

PHB kemudian mendirikan sekolah-sekolah yang diperuntukkan bagi kalangan pribumi untuk dididik menjadi tenaga-tenaga administrasi yang terampil. Mereka digaji oleh PHB.
Sejak sekolah-sekolah didirikan oleh Belanda, propaganda sekularisme ilmu mulai berjalan masif, terstruktur, dan terencana. Bagi pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh kalangan pribumi diberlakukan Undang Undang Ordonansi sebagaimana sertifikasi. Semua pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah milik Muhammadiyah harus tunduk pada Undang Undang Ordonansi tersebut.

Buka bersama santri-santri Ponpes Al Kautsar Kuningan

Tidak sedikit kiai dan pesantren yang koperatif dengan kebijakan Undang Undang Ordonansi tersebut, tapi tidak sedikit pula yang menolak ketika kebijakan-kebijakan PHB banyak yang merugikan rakyat seperti pada monopoli perdagangan dan oligarki yang didukung oleh kalangan-kalangan konglomerasi. Kemunculan Muhammadiyah, Serikat Dagang Islam (SDI), atau Nahdlatut Tujjar pada awalnya adalah organisasi kongsi dagang yang didirikan oleh kaum santri. Jika Muhammadiyah dan SDI berangkat dari kalangan industri batik, maka Nahdlatut Tujjar yang kemudian menjadi NU bergarak pada kalangan petani. Sekularisme yang kemudian memasuki relung-relung organisasi tersebut kemudian merubah pola pandang untuk saling berhadapan. Ide-ide sekularisme yang coba memisahkan hak-hak pribadi dan hak-hak publik menjadi rentan konflik.

Nilai-nilai sosial yang menjadi ikatan kuat antara kiai, santri, dan masyarakat menjadi sasaran baru setelah profesionalisme dan akuntabilitas sebuah pesantren.

Padahal, penokohan seorang kiai tidak melalui proses setting dan editing. Dia bisa tampil apa adanya, bahkan tidak sering terlihat canggung. Tapi, keikhlasan parakiai di dalam membangun dan membesarkan pesantren milik mereka selalu menjadi bahan olok-olok. Belakangan, isu-isu seksualitas menjadi lahan empuk untuk mendiskreditkan kiai dan pesantrennya. Pandangan materialisme ini menjadi salah satu ujung tombak untuk menusuk jantung pesantren. Padahal, kehidupan demikian adalah problem manusiawi yang bisa terjadi di mana saja.

Editor: Bagus Dilla
Artikel sebelumnya

Mu’tabarah dan Ghairu Mu’tabarah dalam Thariqah

Artikel berikutnya

Resistensi Konflik di dalam Struktur Pesantren

Muhammad Sakdillah

Muhammad Sakdillah

A writer and culture activities.

Artikel Lainnya

Syamsun Baihaqi Arief, Hafal Al Quran dan Setia di Jalur Dakwah

9 April 2022
365

Berjumpa dengannya sebagai sosok yang ramah, penyayang, dan baik hati. Selepas dari Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng, Jombang, Gus Baey (sebutan...

Selanjutnya

Tidak Ada Haul untuk Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari

9 April 2022
418

Rasa cinta terhadap Hadratussyekh KHM Hasyim Asy'ari, sahabat-sahabatnya, dan NU tidak ada salahnya diungkapkan. Setiap habis sholat Al Maktubah atau pada...

Selanjutnya

Tasawuf Falsafi dalam Pandangan Santri Sarjana Kanonik

7 April 2022
255

Sebut saja dia sarjana pesantren kanonik. Seorang sahabat yang pernah belajar di pesantren, kuliah di perguruan tinggi ternama, kemudian banyak membaca...

Selanjutnya

Membaca Tauhid dalam Angka Satu dan Nol

3 April 2022
298

Musyrik merupakan persoalan serius bagi umat Islam, karena termasuk dosa besar yang tidak terampuni. Sehingga sejak dini, paraulama menciptakan ilmu khusus...

Selanjutnya

Ketika Tasawuf Falsafi Menjadi Agama Rakyat

2 April 2022
242

Kemunculan Syekh Siti Jenar dalam kancah sejarah dan legenda beragama umat Islam di pulau Jawa telah menjadi titik tolak pertentangan antara...

Selanjutnya

Thariqah-thariqah yang Bermula dari Thariqah Al Syadziliyah

1 April 2022
417

Secara sosial, thariqah Al Syadziliyah bersifat komunal, komunitas. Tidak dalam kondisi individual. Sehingga mudah dikenali oleh kalangan masyarakat awam. Bahkan, tidak...

Selanjutnya

Islam Agama Konstitusi, Sejarah Singkat Thariqah

28 Maret 2022
240

Islam adalah agama konstitusional. Agama yang merujuk kepada dua warisan utama Baginda Rasulullah SAW, berupa Al Quran dan hadis. Sehingga semua...

Selanjutnya

Refleksi atas Tasawuf Kita

27 Maret 2022
265

Tasawuf yang Aku Kenal Tasawuf yang aku kenal adalah saat Sayyid Ali Zainal Abidin bin Husein Al Sajjad yang mendirikan shalat...

Selanjutnya
Artikel berikutnya

Resistensi Konflik di dalam Struktur Pesantren

Karyawan pabrik rokok Sehat Tentrem

Pabrik Rokok Sehat Tentrem Shiddiqiyyah Resahkan Warga?

Berlangganan
Connect with
Login
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
Notifikasi dari
guest
Connect with
I allow to create an account
When you login first time using a Social Login button, we collect your account public profile information shared by Social Login provider, based on your privacy settings. We also get your email address to automatically create an account for you in our website. Once your account is created, you'll be logged-in to this account.
DisagreeAgree
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Net26.id

Kabar-kabar dari dan untuk anak negeri yang merasa menjadi anak Ibu Pertiwi. Kisah-kisah ringan bermutu dan artikel-artikel sarat manfaat.

No Result
View All Result

Pengunjung

  • 45,504

Link Situs

  • Ini Kami
  • Susunan Redaksi
  • Reporter
  • Lembar Penulis
  • Mengenai Net26.id
  • Pedoman Siber
  • Privacy Policy
  • Facebook
  • Email
  • id ID
    • id ID
    • en EN

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Daerah
  • Artikel
    • Agama
    • Budaya dan Agama
    • Ekonomi
    • Industri dan Perdagangan
    • Pendidikan dan Wisata
    • Politik dan Hukum
    • Sejarah dan Sastra
    • Sosial dan Olahraga
    • Teknologi dan Lingkungan
    • UMKM
    • Wisata
  • Khusus
    • Berita Khusus
    • Tafsir Genre Buya Syakur
  • Redaksi
    • Penulis
    • Tim Editor
  • Reporter
    • Wartawan
    • Tim Editor
  • Responden
    • Tim Editor
  • Kami
    • Mengenai Net26.id
    • Susunan Redaksi

Copyright © 2022 Net26.id - Kabar Berita Anak Negeri

Sugeng rawuh 🙏😊

Masukkan username dan password

Lupa password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Kembalikan Password

Masukkan username atau alamat email untuk mereset password.

Log In
wpDiscuz
0
0
Yuk diskusikan artikel ini!x
()
x
| Reply