Satu ungkapan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, 1940-2009) menyatakan: seorang ahli fiqh biasanya tidak mengajarkan kitab-kitab besar, tapi kitab-kitab kecil. Seorang peneliti dari Jakarta pada suatu hari tampak heran ketika melihat KH Adlan Aly hanya mengajar kitab fiqh elementer, Fath Al Qarib Al Mujib. “Ahli fiqh, kok, mengajar kitab kecil seperti itu?” tanyanya, heran.
Jika masuk kategori demikian, maka KH Jumali Ruslan, selanjutnya ditulis Kiai Jum, adalah salah satunya.
Dia generasi seangkatan KH Fauzan Kamal, KH Abdulloh Afif, dan Allah yarham KH Miftahurrohim Syarkun. Pembawaannya kalem, murah senyum, dan tak banyak bicara. Sering menggeremeng sendiri, melantunkan ayat-ayat suci Al Quran dengan lirih. Dia tak menampakkan kealimannya. Hanya sering terdengar kata, “Heh!”, lalu melempar senyum lagi.
Era tahun 1980an, Kiai Jum menyelesaikan hafalan Al Qurannya kepada Hadratussyekh KHM Yusuf Masyhar di Pondok Pesantren Madrasatul Quran (MQ Tebuireng) Tebuireng, Jombang. Sembari menyelesaikan pendidikan di madrasah, Kiai Jum juga meneruskan program Qiraah Sab’ah.
Kiai Jum sangat digemari oleh parasantri, karena memang jarang marah. Kalaupun parasantri di kelas ribut, ia hanya berujar, “Hei…, hei….” Pada 1989, Kiai Jum mengampu pelajaran fiqh. Ia menggunakan kitab Al Mabadi Al Fiqhiyah. Sebuah kitab hukum Islam ringkas dalam bentuk tanya jawab. Di tangan Kiai Jum, kitab tipis itu mendapat penjelasan dan keterangan yang mendetil. Meskipun kitab tersebut masuk ke dalam kategori elementer, namun sudah seperti mengaji kitab Kifayah Al Akhyar.
Pada 1989 itu, Kiai Jum juga menyelesaikan kuliahnya di Institut Keislaman Hasyim Asy’ari (IKAHA, sekarang UNHASY) hingga mendapat gelar sarjana, Doktorandus (Drs).
Aktivitas Kiai Jum sangat padat, di samping menunggui setoran hafalan paramuqaddim, ia mengajar di madrasah MQ Tebuireng, serta kuliah.
Belakangan, setelah ia menjadi adik ipar KHM Qomari Soleh, ia bolak balik Tebuireng-Bandungrejo. Dan, setelah KHM Qomari Soleh wafat pada 1999, Kiai Jum pun menduduki posisi sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Quran. Berselang waktu kemudian, Kiai Jum mendapat tugas berat lagi sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di MQ Tebuireng.
Genap sudah tugas berat yang dibebankan kepada kiai ahli fiqh sekaligus pengasuh pesantren ini.
Wajah sahaja itu tidak banyak berubah dari dulu. Tetap murah senyum.
Hari ini, Kamis, 26/5/2022, Kiai Jum berkesempatan meletakkan fondasi pertama pembangunan Pondok Pesantren “Tahfidh” Faidlul Quran untuk anak-anak di Desa Bandungrejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. Sebelah timur Pesantren Tebuireng. Dalam acara tersebut dilakukan ritual khatmil Quran sekaligus doa bersama.
Cirebon, 26 Mei 2022.