
Ia termasuk salah satu santri yang rajin di Pondok Pesantren Madrasatul Quran (MQ Tebuireng) Tebuireng. Waktu itu, jumlah santri sudah mencapai seribuan jumlahnya. Di antara seribuan itu, lelaki asal Demak itu sudah sering tampil di panggung musabaqah di lingkungan pesantren. Ada kebiasaan baik untuk mengasah mental agar berani yang diajarkan oleh Hadratussyekh KHM Yusuf Masyhar. Musabaqah. Musabaqah alias perlombaan itu di sebagian pondok-pondok pesantren justeru malah dilarang.
Salah satu program unggulan di luar jam wajib sekolah, organisasi merupakan kewajiban lain yang harus diselenggarakan oleh parasantri, mulai dari tingkat kamar, komplek, hingga pondok pesantren. Organisasi itu berfungsi untuk mengatur tatakehidupan secara umum. Mulai dari mengatur jam wajib sholat, sekolah, bangun tidur, hingga kegiatan seremonial. Kegiatan seremonial itu sering diisi dengan kegiatan musabaqah. Adapun musabaqah tersebut biasa diisi dengan lomba tilawah Al Quran (MTQ), lomba hifdh Al Quran (MHQ), lomba cerdas cermat Al Quran, lomba baca kitab kuning (MQK), dan lomba pidato/khitabah/muhadlarah. Dan, ada lagi kegiatan rutin yang biasa diselenggarakan di tingkat kamar setiap pagi Jumat seusai sholat Subuh, yaitu memimpin tahlil, shalawat Al Dibai, dan khatm Al Quran.
Semua bidang kegiatan itu hampir seluruhnya pernah diikuti oleh KH Syamsul Abadi. Bakat suaranya yang bagus, keuletan, dan kekuatan daya hapalannya sering mengantarnya menjadi juara hingga tingkat pesantren.
KH Syamsul Abadi semasa belajar di kelas madrasah juga terbilang rajin. Ia menyelesaikan hapalan Al Quran 30 juz berbarengan dengan wisuda hafidhnya. Ia juga melanjutkan kuliahnya di Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) Tebuireng. Secara pendidikan, ia seperti tidak pernah lari dari Tebuireng hingga diangkat menantu oleh Allah yarham KH Masyhudi.
Sering-sering tampil di podium dan panggung lomba telah membuat dirinya dikenal secara umum. Kata “Atak” muncul ketika dalam sebuah MHQ, KH Syamsul Abadi secara fasih melafalkan kalimat:
….أتامرون الناس بالبر
Sejak itu, ia sering dipanggil Mr Atak.
Di MQ Tebuireng, mungkin juga di pesantren-pesantren lainnya, sering muncul laqab (nama sapaan akrab) yang muncul secara tiba-tiba dan tidak sengaja. Dan, KH Syamsul Abadi kala itu termasuk cuek, tidak peduli. Ia masih rajin selepas sholat Ashar mendaras Al Quran di maqbarah (kuburan) Hadratussyekh KHM Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng. Bisa dikata, ia yang paling rajin.
Berkat ketekunannya, kini, KH Syamsul Abadi meneruskan talentanya dengan niat yang berbeda. Jika semasa di pesantren, ia mengikuti berbagai cabang ajang perlombaan untuk uji nyali (للتربية), maka menjadi kewajibannya untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah Al Quran setelah terjun ke masyarakat. Ia memiliki jama’ah pengajian yang luas di majelis-majelis pengajian untuk wilayah Jombang, Nganjuk, dan sekitarnya.
Bagi KH Syamsul Abadi, setiap orang sebaiknya membuat jejak laku yang baik agar bisa menjadi catatan sejarah di kemudian hari untuk anak cucu.
Cirebon, 27 Mei 2022.