Islam turun kepada Nabi Muhammad saw tidak menghapus kepercayaan lama. Dia tumbuh lalu kawin dengan budaya. Menjadi baru.
Kesesatan manusia apabila berhenti mengesakan Allah Taala.
Orang-orang yang tidak mengesakan Allah kemudian menuhankan diri sendiri dan melakukan pemberhalaan-pemberhalaan, maka dialah yang tersesat.
Bagaimanakah mengesakan Allah?
Paraulama sudah berijtihad untuk menetapkan huruf-huruf Hijaiyah sebagai abjad bahasa Arab. Padahal, pada bahasa-bahasa selain Arab ada beragam abjad, bahkan abjad bahasa China lebih kaya lagi. Lebih dari 5000 huruf. Memang, jumlah abjad setiap bahasa suku-bangsa berbeda-beda. Ada yang banyak dan ada pula yang sedikit.
Islam adalah ajaran tertua di muka Bumi. Namun, sering ditutup-tutupi oleh syariat (jalan) yang baru. Oleh karena itu, Islam selalu datang di saat syariat-syariat yang bersifat baru itu mulai kehilangan elan vitalnya di dalam mengemban amanah suci.
Sejak dari Nabi Adam as, Islam dihadirkan untuk menegakkan hukum-hukum kepatuhan ketika kedua puteranya, Qabil dan Habil, mendapat perintah kawin dan berqurban.
Pada masa Nabi Nuh as, ia diperintahkan untuk menyelematkan bumi dan manusia dari kepunahan dan ego menuhankan diri. قال ساوى إلى جبل يعصمنى من الماء; ia (putera Nuh as) berkata, “Aku bisa naik ke atas gunung untuk melindungi diriku dari air bah.”
Dan, ketika tanah air menjadi hal pokok bagi kehidupan manusia, Nabi Musa as diperintahkan untuk menyelematkan putera-putera Nabi Yakub as untuk hijrah dari Mesir menuju tanah yang telah dihadiahkan Allah Taala kepada mereka.
Demikian pula, ketika Nabi Isa as diberitakan akan menjadi raja di tanah anugerah itu, iapun mendapat fitnah dan cobaan. Sebagai penyelamat (Islam, Al Masih), ia mendapat hukuman dari raja manusia, Herodes.
Pada intinya, Islam adalah ajaran dan penyelamatan dari tindak penuhanan diri dan pemberhalaan-pemberhalaan.
Sekularisme di Negeri Santri
Buya Said (KH Said Aqil Siroj) menceritakan kalau Islam di bumi Nusantara adalah menyelamatkan manusia dari upaya-upaya menuhankan diri dan pemberhalaan-pemberhalaan. Salah satunya adalah dengan menghapus kasta.
Diceritakan olehnya, kalau sebelum Islam datang, umat manusia di kepulauan Nusantara tidak memiliki wewenang untuk mengesakan Allah Taala. Mereka dibiarkan bodoh, sementara pengetahuan langit hanya dikuasai dan diperuntukkan untuk paraelit saja. Manusia Jawa menuhankan diri dengan kata “ingsun” sebagai sebutan khusus pararaja.
Islam hadir, menurut Buya Said, untuk menyelematkan manusia Jawa dari belenggu kebodohan itu. Setiap manusia diwajibkan untuk belajar bahasa dan kitab suci, Al Quran. Sehingga tidak ada kasta yang lebih tinggi dalam mempelajari bahasa komunikasi kepada Tuhannya.
Pada perjalanan sejarahnya kemudian, Nusantara telah menjadi negeri parasantri. Kaum suku-bangsa yang bisa mengaji. Berkomunikasi kepada Allah Taala secara mandiri.
Namun, ujian keselamatan (Islam) itu kembali datang. Ketika manusia mulai mengenal gelar untuk menuhankan diri, menciptakan kasta-kasta dan berhala-berhala, kembali. Ilmu-ilmu khusus dipisah menjadi ilmu-ilmu agama dan umum. Ilmu dipisahkan secara liberal dan sekularitas. Manusia Nusantara kembali dijauhkan dari ilmu-ilmu khusus itu. Ilmu purba dalam mengenal Allah Taala menuju keselamatan dari ciptaan-ciptaan yang baru. Ada berhala-berhala baru yang dipuja, berupa uang dan teknologi.
Dengan demikian, negara Islam modern adalah negara keselamatan, bukan negara yang menuhankan diri dan memberhalakan banyak hal, terutama uang dan teknologi.
Cirebon 28 Mei 2022.